Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Tanda Orangtua Menerapkan Tiger Parenting kepada Anak

Kompas.com - 07/11/2022, 11:12 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tiger parenting adalah pola pengasuhan ketat dan otoritatif yang dimaksudkan untuk membesarkan anak supaya berprestasi.

Istilah ini mulai dikenal setelah profesor asal Sekolah Hukum Yale, Amy Chua, menulis buku berjudul "Battle Hymn of the Tiger Mom" pada tahun 2011.

Buku itu ditulis oleh Chua sebagai memoar tentang pengalamannya menerapkan tiger parenting kepada putrinya sendiri.

Secara khusus, orangtua yang menerapkan tiger parenting punya kecenderungan mengatur kehidupan anak supaya si buah hati memenuhi kebutuhan mereka.

Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Tiger Parenting bagi Anak, Orangtua Wajib Tahu

Pola pengasuhan yang ketat menyebabkan anak tidak memiliki banyak waktu untuk bermain, nongkrong, bahkan dituntut untuk terus-menerus belajar.

Tanda orangtua menerapkan tiger parenting

Salah satu keuntungan dari tiger parenting adalah mendidik anak supaya beretos kerja tinggi ketika dewasa.

Di samping itu, tiger parenting juga menekankan kedisiplinan dalam kehidupan anak supaya mereka sukses di masa depan.

Sayangnya, tiger parenting berisiko menyebabkan masalah harga diri, kecemasan, stres, dan depresi pada anak.

Itu disebabkan oleh tuntutan yang tinggi dan ekspektasi besar dari orangtua yang dibebankan kepada anak.

Berikut beberapa tanda yang mengisyaratkan orangtua menerapkan tiger parenting kepada anak. 

Baca juga: 5 Hal yang Kerap Dilakukan Orangtua Ketika Menerapkan Tiger Parenting

1. Menekan anak

Orangtua yang menerapkan tiger parenting cenderung melontarkan kata-kata yang menekan dan mengintimidasi anak.

Ancaman kepada anak biasanya diucapkan ketika si buah hati tidak memenuhi ekspektasi orangtua.

Kata-kata yang sering dikatakan orangtua, seperti "Aku akan membuang mainanmu" atau "Aku akan memukulmu jika nilaimu jelek".

Orangtua mungkin merasa kalimat yang mereka lontarkan adalah bentuk ketegasan saat mendidik anak.

Namun, ucapan yang menekan dan mengintimidasi justru bisa menyulut pemberontakan dari anak di kemudian hari.

2. Memberi banyak aturan

Adalah hal yang lumrah bagi orangtua untuk memberikan "aturan main" kepada anak dalam kehidupan sehari-harinya.

Namun, orangtua yang menerapkan tiger parenting memberikan aturan yang begitu banyak, kaku, dan ketat.

Sayangnya, orangtua yang demikian terkadang tidak bisa menjalankan aturan yang mereka berikan sehingga menjadi frutasi.

Rasa muak karena tidak bisa menjalankan aturan yang dibuat sendiri biasanya dilampiaskan kepada anak.

3. Rasa cinta bersyarat

Tiger parenting membuat orangtua memberikan "cinta yang bersyarat" ketika mereka membesarkan anak.

Jadi, kasih sayang dari orangtua baru diberikan saat si buah hati memenuhi harapan yang diberikan orangtua.

Dikutip dari Very Well Mind, anak yang dibesarkan dengan tiger parenting baru dianggap berhasil jika mendapat nilai bagus di sekolah.

Baca juga: Tiger Parenting, Benarkah Bikin Anak Sukses di Masa Depan?

Selain itu, mereka dianggap sukses jika diterima di perguruan tinggi favorit atau mendapatkan pekerjaan yang prestisius, seperti pengacara atau dokter.

Untuk mencegah hal ini, orangtua sebaiknya menyadari bahwa cinta harus diberikan konsisten dan tidak bergantung pada perilaku baik anak.

Pada intinya, orangtua perlu belajar untuk menerima kekurangan anak dan tidak berekspektasi lebih.

4. Memaksa anak

Karena harapan yang begitu tinggi, orangtua yang membesarkan anak dengan tiger parenting cenderung memaksa buah hatinya.

Dengan gampangnya orangtua meminta atau memberi tahu anak untuk melakukan sesuatu yang mereka inginkan.

Di sisi lain, orangtua juga berharap anak menghormati mereka namun tidak memberi ruang bagi buah hatinya untuk berdiskusi.

Jika anak tidak setuju, mereka kemungkinan didisiplinkan dengan ancaman emosional dan/ atau hukuman fisik.

5. Mengawasi anak

Anak yang dibesarkan dengan tiger parenting sulit mendapat kepercayaan dari orangtua mereka sendiri.

Bisa dibilang, orangtua seperti itu tidak memberi kepercayaan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu seorang diri.

Dalam hal ini, orangtua berada di atas kepentingan anak -termasuk memaksa anak melakukan sesuatu.

6. Anak menyimpan banyak rahasia

Anak yang jarang ngobrol dengan orangtuanya kemungkinan menyembunyikan banyak hal.

Salah satu alasan mengapa anak menyimpan rahasia karena mereka takut dengan pola pengasuhan orangtuanya yang begitu ketat.

Anak sulit bahkan tidak mau membuka diri dengan orangtuanya karena hal ini membuat mereka cemas dan tidak nyaman.

Baca juga: Apa itu Tiger Parenting? Metode yang Dewakan Kesuksesan Anak

7. Orangtua tidak menunjukkan emosi

Orangtua lebih mungkin berperilaku dingin kepada anak ketika si buah hati dibesarkan menggunakan tiger parenting.

Orangtua seperti itu jarang bahkan tidak pernah menunjukkan kasih sayang kepada anak dengan pelukan atau ciuman.

8. Anak tidak punya waktu bermain

Pola pengasuhan yang begitu ketat membuat anak tidak mempunyai kesempatan untuk bersenang-senang.

Orangtua yang menerapkan tiger parenting lebih memaksa anaknya untuk fokus belajar, mengikuti ekstrakulikuler, atau bimbingan belajar.

Dengan pola pengasuhan seperti itu, anak cenderung tidak tertarik memiliki teman karena takut dengan orangtua mereka.

Tak hanya itu, dalam perkembangannya anak menjadi kaku karena mereka hanya melakukan apa yang diinginkan orangtuanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com