Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 09/11/2022, 14:54 WIB

Di samping itu, dokter terkadang tidak melakukan skrining kesehatan terhadap pasien yang sebenarnya berisiko mengalami diabetes.

Baca juga: 7 Obat Herbal untuk Mengatasi Diabetes Tipe 2, Apa Saja?

"Jadi, harus cek. Jangan tunggu neuropati dulu, penyakit jantung dulu, baru cek," tandas dr. Wismandari.

Supaya orang memahami kapan mereka perlu melakukan skrining diabetes, dr. Wismandari membeberkan beberapa indikatornya.

Ia menerangkan, orang yang kelebihan berat badan dengan indeks massa tubuh lebih dari 23 kg/ m2 dan merasakan satu atau lebih faktor risiko berikut ini perlu melakukan skrining diabetes:

  • Kurang aktivitas fisik
  • Keturunan diabetes melitus dalam keluarga
  • Kelompok ras/ etnis tertentu
  • Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan melebihi empat kilogram
  • Riwayat diabetes melitus gestasional
  • Hipertensi atau menjalani terapi hipertensi
  • HDL kurang dari 35 mg/ dL atau trigliserida melebihi 250 mg/ dL
  • Wanita dengan sindrom polikistik ovarium
  • Riwayat pradiabetes
  • Kelebihan berat badan
  • Riwayat penyakit kardiovaskular.

Kenapa diabetes berbahaya?

Dokter berulang kali mengatakan bahwa diabetes adalah penyakit berbahaya. Namun, seberapa bahayanya penyakit ini?

dr. Wismandari mengatakan, diabetes berbahaya lantaran penyakit ini berisiko menimbulkan komplikasi.

Komplikasi yang dimaksudnya terbagi atas komplikasi yang berpeluang menyebabkan kematian dan kecacatan fisik.

Komplikasi yang dapat mengancam jiwa karena diabetes, yakni stroke, serangan jantung, dan gagal jantung.

Baca juga: Obat Diabetes Dipakai untuk Turunkan Berat Badan, Amankah?

Sementara komplikasi yang bisa menimbulkan kecacatan fisik, yakni spot hitam pada mata, katarak, glaukoma, dan kebutaan.

Di samping itu, diabetes dapat menyebabkan gangguan sarah, seperti kesemutan, mati rasa, sakit ketika berjalan, dan kerusakan saraf.

"73 persen pasienmengalami gejala kesemutan, baal, mati rasa, dan kebas apa pun bahasanya atau sampai nyeri seperti tertusuk jarum," tegas Wismandari.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke