KOMPAS.com - Ada beberapa kebiasaan makan yang dijalani oleh banyak orang demi tubuh terlihat lebih langsing namun sebenarnya berdampak buruk pada kesehatan mental.
Mereka juga kerap melakukannya atas nama gaya hidup sehat meskipun malah menjadi gejala awal gangguan makanan.
Pada sejumlah orang, eating disorder memang lebih mudah terjadi karena pola pikir yang berkaitan dengan perilaku makan tersebut.
Baca juga: 6 Jenis Eating Disorder, Kenali Gejalanya agar Cepat Tertangani
Berdasarkan pengamatan para ahli, ada beberapa kebiasaan yang bisa jadi tanda gangguan makan dalam diri kita.
Apa saja?
Melewatkan makan, atau menjadikan minuman non-kalori sebagai pengganti makanan untuk "menghemat" kalori, mungkin merupakan tanda perilaku tidak teratur yang lebih serius.
Contohnya adalah terus-menerus melewatkan sarapan dan hanya minum kopi.
Baca juga: 5 Menu Sarapan yang Bantu Kurangi Lemak Visceral
Kebiasaan ini juga cenderung meningkatkan rasa lapar dan memicu keinginan makan di waktu berbeda sehingga lebih sulit mengontrol asupan nutrisi kita.
"Salah satu kebiasaan makan yang tidak teratur adalah menghindari makanan tertentu untuk mengimbangi apa yang Anda makan di awal hari," kata Kayley Myers MS.
"Ini biasanya didorong oleh aturan tentang apa yang 'harus' kita makan daripada pengalaman internal kita," tambahnya.
Menghitung kalori terus-menerus dan cemas dengan jumlahnya dari setiap asupan yang kita nikmati bisa jadi tanda eating disorder.
Saat ini memang ada banyak metode yang mudah diterapkan termasuk menggunakan aplikasi untuk menghitung jumlah kalori kita.
Baca juga: Menghitung Kalori Sebelum Makan Tak Selamanya Baik
Namun jika kerap menghitung kalori dalam makanan yang sudah memiliki sedikit kalori seperti mustard, rempah-rempah, atau saus pedas dapat menunjukkan adanya masalah dalam kebiasaan ini.
Namun, secara internal, mereka memiliki banyak stres dan kecemasan seputar pilihan makanan mereka yang "bersih" sehingga memengaruhi kesehatan mental mereka.