KOMPAS.com - Berkembangnya industri fesyen datang dengan sejumlah konsekuensi. Pasalnya, industri tersebut dinilai sebagai salah satu yang menyebabkan polusi terbesar, baik terhadap lingkungan maupun manusia.
Selain membutuhkan energi yang banyak, kebutuhan air untuk membuat suatu pakaian juga tidak kalah borosnya.
Satu celana jeans saja membutuhkan 10.000 liter air dalam seluruh proses pembuatannya. Sedangkan estimasi air yang telah dihabiskan oleh industri fesyen di dunia setiap tahunnya, diperkirakan mencapai 93 miliar kubik meter air.
Belum lagi dampak negatif lainnya seperti pencemaran hulu air, toxin dan bahan kimia, emisi karbon yang tinggi, dan bahaya kesehatan nan mengintai para pekerja pabrik atau pembuat pakaian.
Terlepas dari itu, berita baiknya, semakin banyak brand, komunitas, dan masyarakat yang mulai menyadari dampak negatif dari industri fesyen dan beralih ke sustainable fashion.
Sederhananya, fesyen berkelanjutan merupakan proses pembuatan pakaian yang ramah lingkungan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan hidup dan orang-orangnya.
Hal ini biasanya dilakukan dengan mengadopsi praktik menggunakan bahan baku yang aman untuk ekosistem, mengelola limbah supaya minim karbon, sekaligus mensejahterakan pekerjanya.
Baca juga: Menjual Barang Preloved, Decluttering Sekaligus Mengurangi Limbah
Nah, fenomena sustainable fashion juga ikut digaungkan oleh Tinkerlust, Luxury Branded Fashion dan Preloved, lewat acara Tinkerlust Fashion Impact Summit 2022, Selasa (15/11/22).
Adapun, tema yang diangkat pada acara tahun ini adalah “Unlocking Fashion, Sustainability, & Circular Economy”.
“Kita semua tahu bahwa industri fashion dapat menyebabkan dampak lingkungan dan sosial yang membahayakan untuk jangka waktu yang lama," tutur Samira Shihab selaku Co-Founder dan CEO Tinkerlust.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.