KOMPAS.com - Batasan jam kerja selama 40 jam seminggu tidak selalu mudah diterapkan.
Kadang kala, kita harus lembur atau bekerja lebih lama karena beban pekerjaan yang belum selesai.
Praktik Working From Home (WFH) juga membuat beberapa orang sulit mengaplikasikan batasan tersebut.
Hasilnya, kita bekerja ekstra sehingga tanpa sadar memberikan tekanan lebih pada tubuh dan otak.
Baca juga: Bukan Gaji, Ternyata Ini yang Dicari Milenial dan Gen Z Saat Bekerja
Jam kerja berlebihan sudah menjadi fenomena tersendiri di dunia kerja dan ironisnya sering kali dibanggakan.
Elon Musk kerap membanggakan dirinya yang bekerja selama 80 jam seminggu untuk mengurus segala bisnisnya.
Saat membeli Twitter, ia juga tak sungkan meminta karyawannya bekerja 12 jam sehari untuk meningkatkan performa platform tersebut.
Baca juga: Drama Twitter Setelah Elon Musk Berkuasa, PHK Massal hingga Makin Cari Cuan
Padahal sejumlah riset membuktikan jika bekerja lebih dari 40 jam seminggu tidak selalu mendatangkan manfaat untuk pekerjaan namun pasti berdampak buruk pada otak dan tubuh kita.
Apa saja?
Menurut sebuah studi global tahun 2021 oleh ILO dan WHO, jam kerja panjang (sekitar 55 jam seminggu) menyebabkan 745.000 kematian akibat penyakit kardiovaskular pada tahun 2016 saja.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.