Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini yang Terjadi pada Tubuh Saat Bekerja Lebih dari 40 Jam Seminggu

Kompas.com - 16/11/2022, 17:34 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber Huffpost

KOMPAS.com - Batasan jam kerja selama 40 jam seminggu tidak selalu mudah diterapkan.

Kadang kala, kita harus lembur atau bekerja lebih lama karena beban pekerjaan yang belum selesai.

Praktik Working From Home (WFH) juga membuat beberapa orang sulit mengaplikasikan batasan tersebut.

Hasilnya, kita bekerja ekstra sehingga tanpa sadar memberikan tekanan lebih pada tubuh dan otak.

Baca juga: Bukan Gaji, Ternyata Ini yang Dicari Milenial dan Gen Z Saat Bekerja

Bekerja lebih dari 40 jam seminggu pengaruhi tubuh dan otak

Jam kerja berlebihan sudah menjadi fenomena tersendiri di dunia kerja dan ironisnya sering kali dibanggakan.

Elon Musk kerap membanggakan dirinya yang bekerja selama 80 jam seminggu untuk mengurus segala bisnisnya.

Saat membeli Twitter, ia juga tak sungkan meminta karyawannya bekerja 12 jam sehari untuk meningkatkan performa platform tersebut.

Baca juga: Drama Twitter Setelah Elon Musk Berkuasa, PHK Massal hingga Makin Cari Cuan

Padahal sejumlah riset membuktikan jika bekerja lebih dari 40 jam seminggu tidak selalu mendatangkan manfaat untuk pekerjaan namun pasti berdampak buruk pada otak dan tubuh kita.

Apa saja?

Risiko kematian akibat stroke atau serangan jantung meningkat.

Menurut sebuah studi global tahun 2021 oleh ILO dan WHO, jam kerja panjang (sekitar 55 jam seminggu) menyebabkan 745.000 kematian akibat penyakit kardiovaskular pada tahun 2016 saja.

Durasi tersebut juga dikaitkan dengan risiko stroke 35 persen lebih tinggi dan risiko kematian akibat penyakit jantung 17% persen lebih tinggi, dibandingkan dengan bekerja 35-40 jam seminggu.

"Jam kerja yang panjang dapat secara langsung menyebabkan penyakit kardiovaskular dengan meningkatkan stres yang merusak sel-sel di otak dan jantung," kata Frank Pega, petugas teknis WHO dan penulis utama makalah tersebut.

“Itu juga dapat secara tidak langsung menyebabkan kejadian penyakit seperti itu dengan memicu respons perilaku berisiko, seperti kurang berolahraga, diet yang kurang bergizi, atau kurang waktu tidur.”

Baca juga: Dampak Negatif Terlalu Banyak Bekerja

Risiko cedera saat bekerja meningkat

Bekerja berjam-jam juga memicu risiko yang lebih besar untuk terluka secara fisik saat bekerja.

Dalam satu studi yang mengamati 110.236 catatan pekerjaan dari tahun 1987-2000 menggunakan survei longitudinal nasional, bekerja setidaknya 12 jam per hari dikaitkan dengan peningkatan tingkat bahaya 37 persen.

Sementara bekerja setidaknya 60 jam per minggu dikaitkan dengan peningkatan 23 persen tingkat bahaya.

Baca juga: Bosan Selalu Lembur? Coba 5 Trik untuk Kerja Efektif

Kesehatan mental memburuk

Ilustrasi lemburThinkstockphotos.com Ilustrasi lembur
Bekerja berlebihan membuat kita mengabaikan kebutuhan istirahat yang kemudian berdampak negatif pada kesehatan mental.

Satu studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One mengamati pekerja Korea berusia 20-30an tahun yang bekerja dari 31- 60 jam seminggu.

Para peneliti menemukan bahwa semakin lama karyawan ini bekerja, semakin tinggi tingkat stres, depresi, dan ide bunuh diri yang mereka hadapi.

Baca juga: Mengenali Tanda Depresi Saat Bekerja dan Cara Mengatasinya

Tidur tidak berkualitas

Banyak dari kita begadang, atau setidaknya mengorbankan jam tidur, untuk menyelesaikan pekerjaan.

Dalam tinjauan terhadap 200 studi dari tahun 1998 hingga 2018, para peneliti yang menulis dalam International Journal of Environmental Research and Public Health menyimpulkan hal tersebut memicu sejumlah akibat.

“Durasi tidur yang pendek... orang-orang yang bekerja antara 50-60 jam seminggu dalam penelitian ini menghadapi kelelahan yang lebih besar, fungsi kognitif yang lebih buruk, lebih banyak cedera kerja dan masalah kesehatan mental," seperti tertulis di artikel tersebut.

Baca juga: Revenge Bedtime Procrastination, Korbankan Jam Tidur demi Kesenangan

Jam tidur yang kurang membuat kita mudah marah keesokan harinya dan sulit berkonsentrasi.

Berbagai penelitian telah menemukan kita juga akan menjadi lebih terganggu, cemas, mudah tersinggung, dan rentan untuk mengambil risiko yang lebih besar secara impulsif.

Performa kerja memburuk

Menjalani pekerjaan lebih dari 40 jam seminggu tidak akan membuat performa kita lebih baik di kantor, bahkan bisa jadi memburuk.

Survei dari University of California, Berkeley terhadap 5.000 pekerja mendapati jika bekerja antara 30-50 jam seminggu dapat meningkatkan kinerjanya.

Jika lebih dari itu maka performa pekerjaannya mulai stabil namun bekerja lebih dari 65 jam seminggu akan membuat performanya menurun tajam.

Baca juga: Menilik Kultus Kerja Berlebihan di Seluruh Dunia

Temuannya mirip dengan kesimpulan ekonom Stanford, John Pencavel tentang produktivitas pekerja pabrik amunisi selama Perang Dunia I.

Karyawan pabrik tersebut melakukan tugas berulang setiap shift dan diminta untuk melakukan antara 60-100 jam kerja seminggu.

Menggunakan analisis Komite Pekerja Kesehatan Inggris tentang jam kerja mereka, disimpulkan jika mereka dapat meningkatkan hasil kerjanya jika bekerja hingga 49 jam per minggu.

Tetapi setelah itu,hasilnya semakin berkurang dan kemungkinan cedera meningkat.

“Karyawan yang bekerja dalam waktu lama dapat mengalami kelelahan atau stres yang tidak hanya mengurangi produktivitasnya tetapi juga meningkatkan kemungkinan kesalahan, kecelakaan, dan penyakit yang membebani majikan,” tutup Pencavel.

Baca juga: Waspada, Kerja Berlebihan Bisa Sebabkan Penyakit Kronis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com