KOMPAS.com - Angklung sempat dijadikan Goodle Doodle di laman pencarian online kemarin.
Animasi tersebut rupanya menjadi bagian dari peringatan hari angklung, alat musik yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warian budaya dunia asli Indonesia.
Namun sebenarnya ini bukan pertama kalinya angklung dijadikan tema Google Doodle dan disaksikan pengguna internet seluruh dunia.
Pada tahun 2016 lalu, doodle bertema serupa juga ditampilkan namun lebih berfokus pada sosok Daeng Soetigna, seorang guru musik yang dianggap sebagai bapak angklung modern.
Baca juga: 5 Oleh-oleh Kesenian Khas Bandung, Wayang Golek hingga Angklung
Google Doodle kemarin menampilkan angklung dengan enam karakter dari etnis yang berbeda, melambangkan pengaruh instrumen ini yang begitu luas.
Angklung adalah alat musik yang terbuat dari berbagai tabung bambu yang dipasang pada rangka dari bahan yang sama.
Tabung tersebut diukir sehingga memiliki nada resonansi saat dipukul sehingga menghasilka bunyi yang indah.
Baca juga: Mengenal Angklung Gubrag, Alat Musik Tertua Kabupaten Bogor
Angklung dimainkan dengan satu tangan memegang dasar bingkai, sementara yang lain menggoyang instrumen dari sisi ke sisi, menyebabkan nada berulang berbunyi.
Salah satu keunikannya, angklung hanya bisa memainkan satu nada saja sehingga butuh kerja sama tim untuk menghasilkan melodi yang lengkap.
Setiap anggota tim memainkan angklung dengan nada yang berbeda pada waktu yang tepat untuk menciptakan lagu yang indah.
Kata angklung berasal dari dua kata yakni angka, yang berarti nada, dan lung yang bermakna rusak.
Istilah angklung bisa diterjemahkan sebagai nada yang pecah atau tidak selesai.
Keberadaan angklung berawal sekitar 400 tahun lalu di Jawa Barat yang saat itu sering dimainkan untuk Dewi Sri, dewi padi dan kesuburan.
Penduduk desa setempat membuat angklung dan menggunakannya dalam upacara tahunan mereka dengan harapan dewi akan memberkati tanah dan kehidupannya.
Seiring perkembangannya, angklung kemudian dimainkan oleh banyak orang bahkan tampil di berbagai acara internasional.
Keunikan permainannya dan keindahan suaranya menjadi keistimewaan utamanya, selain juga bahannya yang sederhana.
UNESCO lalu menjadikannya sebagai warisan dunia pada 16 November 2010 karena dianggap sebagai kunci dalam adat, identitas budaya, dan seni tradisional Indonesia.
Baca juga: Ketika Presiden Peru Jatuh Hati pada Musik Angklung...
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.