Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Cahaya di Malam Hari Tingkatkan Risiko Diabetes, Menurut Studi

Kompas.com - 18/11/2022, 15:48 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jika kita terbiasa tidur dengan kondisi terpapar cahaya buatan dari luar ruangan, maka mulailah mengubah kebiasaan tersebut.

Pasalnya, paparan cahaya luar ruangan di malam hari dapat meningkatkan risiko penyakit diabetes, menurut studi terbaru yang meneliti hampir 100.000 orang dewasa di China.

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Diabetologia, ditemukan peserta yang terpapar polusi cahaya tinggi di malam hari berisiko 28 persen lebih besar untuk mengembangkan diabetes.

Hasil ini dibandingkan dengan peserta yang tinggal di daerah yang tidak terkena polusi cahaya.

Baca juga: Hati-hati, Tidur Terpapar Cahaya Dapat Tingkatkan Risiko Diabetes

Paparan cahaya luar ruangan selama tidur tingkatkan risiko diabetes

Para penulis studi mengatakan, lebih dari 9 juta kasus diabetes pada orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih di China kemungkinan disebabkan oleh polusi cahaya luar ruangan di malam hari.

Bahkan, jumlah kasus diabetes diprediksi meningkat karena semakin banyak orang pindah ke perkotaan.

Polusi cahaya di perkotaan sangat luas, sehingga dapat memengaruhi pinggiran kota yang berjarak puluhan hingga ratusan mil dari sumber cahaya, menurut para penulis.

"Studi ini mengonfirmasi penelitian sebelumnya tentang potensi efek merugikan dari cahaya di malam hari pada fungsi metabolisme dan risiko diabetes."

Demikian dikatakan Dr Phyllis Zee, direktur di Center for Circadian and Sleep Medicine di Northwestern University Feinberg School of Medicine di Chicago. Ia tidak terlibat dalam studi ini.

Baca juga: 10 Gejala Diabetes dalam Keseharian, Salah Satunya Kesemutan

Masalah kesehatan akibat paparan cahaya di malam hari

Studi sebelumnya menunjukkan hubungan antara cahaya buatan di malam hari dan peningkatan berat badan, obesitas, gangguan fungsi metabolisme, sekresi insulin, perkembangan diabetes, serta faktor risiko kardiovaskular.

Zee bersama timnya menerbitkan sebuah studi di awal tahun ini yang meneliti peran cahaya terhadap tidur pada orang dewasa sehat di usia 20-an.

Hasilnya, tidur satu malam dengan cahaya redup --seperti cahaya dari televisi dengan suara dimatikan-- meningkatkan gula darah dan detak jantung peserta.

Dalam studi terdahulu, terungkap denyut jantung yang meningkat di malam hari merupakan faktor risiko penyakit jantung dan kematian dini di masa depan.

Selain itu, kadar gula darah yang lebih tinggi adalah pertanda resistensi insulin, kondisi yang pada akhirnya dapat memicu diabetes tipe 2.

"Tidur yang sehat sangat penting dalam mencegah perkembangan diabetes," papar Dr Gareth Nye, dosen senior fisiologi di University of Chester di Inggris.

"Studi menunjukkan bahwa pola tidur yang tidak konsisten telah dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2."

Studi terbaru yang dikerjakan Zee dan kawan-kawan mengambil data dari China Noncommunicable Disease Surveillance Study tahun 2010.

Data itu berupa sampel yang mewakili populasi China terkait demografi sosial, faktor gaya hidup, dan riwayat kesehatan keluarga dan medis.

Sampel darah dikumpulkan dan dibandingkan dengan citra satelit tingkat cahaya di wilayah China di mana setiap individu tinggal.

Analisis itu menemukan, paparan kronis terhadap polusi cahaya di malam hari meningkatkan kadar glukosa darah dan menyebabkan risiko resistensi insulin dan diabetes lebih tinggi.

Namun, korelasi langsung antara diabetes dan polusi cahaya malam hari masih belum jelas karena tinggal di daerah perkotaan diketahui merupakan kontributor perkembangan diabetes, menurut Nye.

"Sudah lama diketahui, tinggal di daerah perkotaan meningkatkan risiko obesitas melalui peningkatan akses ke makanan berlemak tinggi, tingkat aktivitas fisik yang lebih sedikit karena jaringan transportasi dan aktivitas sosial yang lebih sedikit," tulis dia.

Baca juga: Suka Bergadang Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2 dan Penyakit Jantung

Cara mengurangi paparan cahaya di malam hari

Demi mengurangi paparan cahaya di malam hari, cobalah memposisikan tempat tidur jauh dari jendela dan menggunakan tirai jendela untuk menghalau cahaya.

Apabila cahaya tidak sepenuhnya terhalau, gunakan masker tidur untuk melindungi mata.

Waspadai jenis cahaya yang ada di kamar tidur dan matikan semua lampu dalam spektrum biru, seperti cahaya yang dipancarkan televisi, smartphone, tablet, dan laptop, saran Zee.

"Jika kita harus menyalakan lampu untuk alasan keamanan, ganti warnanya. Pilih lampu yang berwarna lebih kemerahan atau kecokelatan," ujarnya.

Juga, Zee menambahkan, hindari tidur dengan televisi menyala. Apabila kita mudah tertidur saat televisi masih menyala, maka gunakan timer.

"Redupkan lampu sekitar di malam hari setidaknya dua hingga tiga jam sebelum waktu tidur," tutur Zee.

"Jika kita harus menggunakan komputer atau layar pemancar cahaya lainnya, ubah panjang gelombang cahaya layar menjadi warna jingga-kuning yang lebih panjang."

Baca juga: 5 Tips Menerapkan Hidup Sehat bagi Pasien Diabetes

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com