Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Kasus kekerasan seksual setiap tahunnya selalu terjadi di Indonesia. Bahkan, menurut Menteri PPPA, sepanjang 2021 terdapat 10.247 kasus kekerasan terhadap perempuan yang 15,2 persennya berupa kekerasan seksual.
Pelaku kekerasan pun dapat berupa siapa saja, mulai dari pacar, suami, ayah, hingga orang tak dikenal. Perilaku kekerasan ini pun semakin langgeng dilakukan karena adanya budaya patriarki dan pemahaman misoginis yang berujung pada anggapan bahwa laki-laki lebih superior.
Hal inilah yang sering kali membuat korban kekerasan seksual disalahkan. Maria Yosephin, Teman Manusia Asa, dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Cara Sederhana Membantu Penyintas Pelecehan Seksual di Sekeliling Kita” dengan tautan akses dik.si/AJBantuKorbanKS mengungkapkan perempuan yang menjadi korban pelecehan rentan mengalami dilema karena adanya stigma.
Itu sebabnya, apabila memiliki orang terdekat yang menjadi korban kekerasan seksual, kita perlu membantu mereka. Sebab, mengatasi trauma akan kejadian ini terkadang sulit dilakukan seorang diri.
Baca juga: Menyikapi Pasangan yang Melakukan KDRT
Meski begitu, mungkin sulit juga bagi kita untuk mengetahui apa yang harus dikatakan atau dilakukan. Pasalnya, perkataan yang kita lontarkan bisa saja sensitif bagi mereka. Oleh karena itu, kita harus mengetahui langkah yang tepat untuk membantu mereka.
Dilansir Very Well Mind, langkah pertama yang harus dilakukan adalah berusaha untuk mendukung mereka. Hal ini bisa diwujudkan dengan tidak menghakimi dan meyakinkan mereka bahwa kita memercayai mereka.
Berilah ruang untuk korban menceritakan pengalamannya, dengan catatan jika mereka siap. Jangan langsung menghakimi pakaian atau perilakunya karena itu bisa membuatnya semakin tertekan.
Kita bisa berempati dengan membayangkan jika kita berada di posisi mereka. Ingatkan pula kalau apa yang terjadi bukanlah kesalahan mereka sebab sering kali korban akan menyalahkan diri sendiri.
Sampaikan pula bahwa mereka tidak berjuang sendirian. Jika mereka membutuhkan dukungan, kita akan selalu ada di sisi mereka.
Saat mendengar cerita korban, kita tak boleh mengungkapkan emosi secara berlebihan. Merasa marah atau terkejut dengan apa yang dialami adalah hal wajar, tetapi jika kita terlalu meledak-ledak, korban pun akan semakin ketakutan.
Meski cerita itu menyakitkan hati, kita juga perlu menahan diri untuk memberi ancaman terhadap pelaku. Cukup fokuskan pada kondisi korban dengan memvalidasi perasaannya saat bercerita tanpa memberi reaksi yang berlebihan.
Kebanyakan orang ingin memeluk korban. Namun, ada pula beberapa korban yang masih trauma dengan sentuhan dari orang lain. Itu sebabnya, penting untuk meminta izin sebelum memeluk mereka.
Baca juga: Pasanganmu KDRT? Lakukan Hal Ini
Jika korban menolak, hargai keputusan itu. Jangan pernah memaksa mereka atas sesuatu yang tak ingin dilakukan karena hal ini bisa mengingatkan kembali pada pengalaman traumatis itu.
Hindari juga memberi terlalu banyak nasihat atau mencoba memperbaiki situasi. Jangan menekan mereka untuk mengambil langkah selanjutnya jika korban belum siap.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.