Dalam hal ini, bullying menimbulkan berbagai dampak yang tidak main-main bagi korbannya seperti yang berikut ini.
Secara umum, orang yang pernah di-bully lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental, misalnya menderita kecemasanm depresi, bahkan kesepian.
Tak menutup kemungkinan mereka juga merasakan masalah emosional, termasuk psikosis, penyalahgunaan pbat-obatan, hingga gangguan kepribadian antisosial.
Patel Dunn menjelaskan, korban bullying memiliki tingkat rasa bersalah atau kecemasan yang lebih tinggi daripada orang lain.
Baca juga: Redam Bullying, Kemendikbud Fokus Cegah 3 Dosa Besar Pendidikan
Pasalnya, mereka benar-benar mengetahui bagaimana rasanya menerima perilaku yang tidak mengenakan.
Trauma di masa lalu, kata Patel Dunn, yang belum terselesaikan mungkin juga memengaruhi perilaku korban bullying.
Jangan anggap bullying adalah masalah enteng karena mereka yang menjadi korban perilaku buruk ini dapat mengalami kesulitan bersosialisasi.
Baca juga: Jadi Korban Bullying di Tempat Kerja? Lakukan 7 Hal Ini
Mereka lebih mungkin tidak koopoeratif dan menarik diri dari lingkungan sosial daripada orang-orang di sekitarnya.
Sering kali, korban bullying tampak menyendiri karena teman yang mereka miliki jumlahnya sangat sedikit.
Kalau pun mereka mempunyai teman bisa dipastikan temannya memiliki status sosial yang rendah.
Walau bullying tidak bisa dibenarkan, fakta yang mengejutkan adalah orang yang pernah menerima perilaku ini justru kurang diterima dan lebih ditolak daripada orang yang merundung.
Sering kali korban bullying secara tidak sengaja mendorong anak "melawan" karena mereka reaktif terhadap gertakan, perilaku mengancam, dan serangan.
Karena korban bullying sulit untuk mengelola emosi, mengendalikan amarah, dan menghadapi frustrasi, mereka sering kali cenderung diintimidasi berulang kali.
Mereka kemudian berbalik dan menimbulkan rasa sakit pada orang lain dan siklus bullying terus berulang.
Baca juga: Pelajaran soal Bullying yang Bisa Dipetik dari Kisah The Glory
Karena korban bullying dulunya sering diintimidasi, mereka bereaksi agresif terhadap situasi stres.