KOMPAS.com - Tidak semua orang, baik yang masih anak-anak, remaja, maupun dewasa, dapat berdamai dengan masa lalunya setelah di-bully.
Mereka kemungkinan kesulitan untuk membangkitkan keprcayaan diri dan merasakan berbagai hal karena pengalaman hidupnya yang tak enak.
Ada kecenderungan korban bullying malah melukai diri sendiri atau balik merundung orang lain karena mereka dulunya pernah mengalami bullying.
Oleh sebab itu, penting bagi korban bullying untuk mendapat pendampingan dari orangtua, guru, teman, maupun konselor untuk mengatasi masalahnya.
Tujuannya supaya mereka menjadi pribadi yang lebih baik, luka batinnya tersembuhkan, dan tidak memperpanjang siklus bullying.
Baca juga: 7 Ciri-ciri Anak Menjadi Korban Bullying, Orangtua Wajib Tahu
Jangan kira korban bullying menjadi sosok yang lebih berempati ketika melihat orang lain, entah teman atau saudara, yang mengalami bullying.
Pasalnya, tidak menutup kemungkinan mereka malah menjadi pelaku berikutnya dari bullying untuk membalaskan dendam masa lalunya.
Dilansir dari Very Well Mind, korban bullying didefinisikan sebagai target pelaku perundungan yang juga menindas orang lain.
Perilaku intimidasi dari mereka muncul setelah berulang kali dirundung supaya mendapatkan kembali kekuatan dalam hidup setelah di-bully.
Nah, orang yang disasar korban bullying yang mau merundung adalah mereka yang lebih lemah atau rentan.
Menurut pekerja sosial klinis, Erica Laub, MSW, LICSW, perilaku berulang yang dibalaskan dari korban bullying kepada orang lain adalah hal yang lumrah -tapi tidak bisa dibenarkan.
Sementara itu, psikiater Anisha Patel Dunn, DO, menyampaikan kalau korban bullying sengaja merundung orang lain karena mereka tidak mau mengalami hal serupa.
Baca juga: Ketahui Tanda Anak Jadi Korban Bullying dan Cara Mengatasinya
Di mata korban bullying, mengintimidasi orang lain adalah cara untuk menghindari perundungan sehingga mereka melakukan perilaku yang dulunya menyakitinya.
Secara keseluruhan, bullying adalah perilaku yang dipelajari dan pelaku bullying dapat bersembunyi di balik perilaku ini daripada mengatasi pengalaman traumatis mereka.
Dari penjelasan Laub maupun Patel Dunn bisa disimpulkan, bullying menciptakan rantai yang terus berkelanjutan.