Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wanita Hamil yang Aktif Berolahraga Memproduksi ASI yang Lebih Sehat

Kompas.com - 26/11/2022, 09:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Olahraga ternyata memiliki banyak manfaat, terutama bagi wanita hamil.

Sebab, menurut sebuah penelitian, olahraga ringan selama kehamilan mampu meningkatkan senyawa dalam ASI yang dapat menurunkan risiko penyakit seperti jantung, diabetes, obesitas, dan lainnya.

Penelitian pada hewan yang berolahraga sebelum dan selama kehamilan juga membuktikan adanya perlindungan terhadap gangguan metabolisme glukosa, penurunan fungsi kardiovaskular, dan obesitas.

Baca juga: Apakah Bayi Bisa Alergi pada ASI? Ini Penjelasannya

Namun, komunitas medis masih belum yakin senyawa apa yang sebenarnya memberikan manfaat, atau bagaimana olahraga dapat memengaruhinya.

Seorang profesor fisiologi dan biologi sel di The Ohio State University, Kristin Stanford, PhD, pun mengatakan, para peneliti percaya oligosakarida 3′-sialyllactose (dikenal sebagai 3'-SL atau 3'SL) adalah senyawa dalam ASI yang dapat melindungi bayi.

"Bersama dengan oligosakarida susu lainnya, 3'SL kemungkinan hanya disintesis di kelenjar susu dan hanya selama menyusui," terangnya seperti dikutip dari Healthline.

"Kami belum mengetahui lebih dalam bagaimana olahraga dapat meningkatkan 3'SL," lanjut dia.

Melacak 3'SL

Studi Stanford yang diterbitkan dalam Nature Metabolism menyoroti penelitian pada tikus dan manusia.

Tim Stanford mengamati tikus yang lahir dari induk yang tidak aktif berolahraga.

Para peneliti kemudian memberi mereka susu dari tikus betina yang aktif selama kehamilan dan mengikuti tikus-tikus tersebut selama setahun setelah masa menyusui.

"Hanya melengkapi 3'SL selama periode menyusui meningkatkan metabolisme glukosa, mengurangi massa lemak, dan mengurangi berat badan pada keturunan jantan, serta mempertahankan fungsi jantung pada keturunan betina," kata Stanford.

Selain itu, para peneliti mengamati bahwa tikus yang diberi makan 3'SL selama masa menyusui dan menjalani diet tinggi lemak terlindungi dari dampak buruk diet tinggi lemak.

Mengeksplorasi ASI manusia

Pada manusia, tim meneliti sekitar 150 wanita hamil dan pascapersalinan yang mengenakan pelacak aktivitas.

Mereka menemukan bahwa wanita yang lebih aktif setiap harinya memiliki jumlah 3'SL yang lebih tinggi.

"Kami mengukur 3'SL dalam ASI dua bulan setelah kelahiran dan itu masih berkorelasi dengan aktivitas selama kehamilan," ungkap Stanford.

Baca juga: Mikroplastik Ada dalam ASI, Apa yang Harus Dihindari Para Ibu?

"Tingkat 3'SL yang lebih tinggi tidak selalu terkait dengan intensitas olahraga, jadi olahraga ringan seperti berjalan kaki setiap hari sudah cukup untuk menuai manfaatnya," tambah dia.

Para peneliti tidak yakin apakah berolahraga setelah kelahiran dapat menjaga tingkat 3'SL tetap tinggi, atau berapa banyak olahraga yang diperlukan untuk menjaga tingkat yang cukup tinggi untuk memberi manfaat bagi bayi.

Stanford mengatakan bahwa mengisolasi 3'SL dapat berguna karena dapat ditambahkan ke dalam susu formula bayi untuk memberikan dampak signifikan pada kesehatan yang ditemukan dalam ASI.

"Pada wanita, 3'SL berkorelasi dengan aktivitas dan langkah per hari. Sementara pada tikus, 3'SL meningkatkan kesehatan metabolisme dan fungsi jantung keturunannya," kata Stanford.

Lebih banyak penelitian yang perlu dilakukan untuk sepenuhnya menentukan peran konsumsi 3'SL pada bayi manusia.

Untuk itu, dia berharap ke depannya bisa menentukan bagaimana olahraga mampu meningkatkan 3'SL dalam ASI guna meningkatkan kesehatan metabolisme dan fungsi jantung pada bayi manusia.

Peringatan tentang ASI yang lebih baik

Meskipun penelitian ini tampaknya menjanjikan, ahli gizi dari Arizona yang mengkhususkan diri dalam membantu ibu dan bayi, Yaffi Lvova, khawatir tentang tingkat stres yang dapat ditimbulkannya pada ibu baru.

"Ada banyak tekanan selama menjadi ibu baru dan sangat sedikit dukungan," terangnya.

"Menambahkan olahraga ke dalam daftar tugas tanpa terlebih dahulu mengevaluasi secara efektif kondisi mental dan fisik ibu sangatlah berbahaya, serta memiliki konsekuensi psikologis maupun fisik," jelas dia.

Olahraga telah terbukti dapat memperbaiki gejala depresi dan kecemasan.

Ibu baru memang rentan terhadap kondisi-kondisi tersebut, tetapi itu tidak berarti setiap ibu baru harus berolahraga.

"Mereka mungkin terlalu memaksakan diri saat berada dalam kondisi kelelahan yang ekstrem untuk memberikan yang terbaik bagi bayinya, terlepas dari apakah dia membahayakan dirinya sendiri dengan melakukan hal itu atau tidak. Itulah sifat alamiah seorang ibu," kata Lvova.

"Studi ini tidak membahas gagasan tentang olahraga yang berlebihan, atau kemungkinan efek buruk yang mungkin dialami oleh pasangan bayi-ibu dari ibu yang terlalu memaksakan diri baik secara fisik maupun psikologis," tuturnya.

Lvova pun ingin melihat lebih banyak faktor dalam penelitian di masa depan yang berkaitan dengan olahraga dan nutrisi ASI seperti keadaan gizi ibu, kualitas tidur, dan kondisi mental.

"Ketika kita menyarankan ibu baru untuk memasukkan olahraga tanpa juga mempertimbangkan faktor-faktor biologis dan psikologis lainnya, kita berisiko menambah beban mental dan fisik ibu baru yang sudah stres," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Healthline


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com