Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/11/2022, 04:43 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Miopi atau biasa disebut mata minus saat ini lebih banyak dialami anak-anak zaman sekarang, khususnya di rentang usia 6-14 tahun.

Berdasarkan laporan American Academy of Pediatrics Section on Ophthalmology, anak-anak dan remaja lebih mungkin mengembangkan risiko miopi daripada orangtua mereka.

Terlebih di masa pandemi Covid-19, berdasarkan penelitian terbaru faktor risiko mata minus pada anak cenderung meningkat.

Ternyata ada sejumlah faktor risiko yang menyebabkan kondisi itu terjadi, mulai dari perubahan pada gaya hidup serta kebiasaan yang dilakukan anak-anak.

Baca juga: Penjelasan Dokter soal Bisakah Konsumsi Vitamin A Mengurangi Mata Minus? 

Mata minus bisa mengurangi kualitas hidup anak-anak

Ilustrasi mata minus pada anakUnsplash Ilustrasi mata minus pada anak

Miopi adalah gangguan pada mata yang membuat penderitanya tidak mampu melihat sesuatu dengan jarak yang jauh.

Kondisi tersebut dapat terjadi ketika seseorang mengalami ketidaksesuaian bola mata atau bagian kurva kornea dalam menangkap fokus cahaya untuk melihat obyek dengan jarak tertentu.

Hal itu pun membuat seseorang membutuhkan bantuan dari lensa minus untuk dapat menjatuhkan bayangan ke retina.

Terkait dengan risikonya cukup tinggi dialami oleh anak zaman sekarang, dr. Zoraya A Feranthy, SpM, mengatakan bahwa kondisi itu cukup mengkhawatirkan.

Pasalnya, menurut dokter Zoraya, anak-anak yang mengalami miopi yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat bisa mengalami penurunan pada kualitas hidupnya.

"Kalau mata minus pada anak dibiarkan dan tidak mendapatkan intervensi apapun maka khawatir banyak informasi yang dia lewatkan."

"Sebab indra pengelihatan itu terkoneksi dengan memori atau ingatan. Kalau tidak ada penanganan seperti pemakaian kacamata, maka apa yang dia lihat (blur) itu yang dia dapatkan."

"Bayangkan kalau di usia yang masih sangat muda penglihatannya terganggu. Hal itu membuat banyak informasi yang dia lewatkan yang memengaruhi memorinya,"

Demikian kata dokter Zoraya di acara "MiYOSMART Lensa dengan Teknologi D.I.M.S untuk Terapi Myopia (Minus) pada Anak dari Hoya Vision Care Indonesia" di Jakarta, baru-baru ini.

Maka dari itu sebagai orangtua penting untuk melakukan deteksi dini pada kondisi mata anak agar gangguan penglihatan itu setidaknya bisa ditangani hingga dicegah sedari awal.

Baca juga: Apakah Mata Minus Bisa Disembuhkan? 

Penyebab mata minus pada anak

Ilustras anak bermain gadget.Dok. iStock Ilustras anak bermain gadget.

Sebetulnya mata minus pada anak dapat disebabkan oleh banyak faktor.

Mulai dari faktor genetika, kekurangan nutrisi tertentu hingga kebiasaan yang dilakukan anak-anak.

Bahkan menurut riset internal yang dilakukan dokter Zoraya dan timnya terhadap 300 anak di kawasan sekolah dasar di Jakarta.

Hasilnya riset tersebut menemukan bahwa anak pada usia 6-11 tahun banyak yang membutuhkan kacamata karena memiliki miopi atau mata minus.

Berdasarkan tingginya kasus mata minus pada anak-anak saat ini, ada beberapa hal yang menyebabkan tingginya risiko tersebut.

1. Kebiasaan menggunakan gadget

Menurut dokter Zoraya, perkembangan teknologi saat ini turut memengaruhi penggunaan gadget pada anak.

Tren tersebut merupakan pergeseran kebiasaan ke arah penggunaan gadget sejak dini.

Bila pada zaman dulu anak-anak di usia tersebut terbiasa menonton televisi dengan jarak sekitar 2 meter, kini anak-anak mulai terpapar kebiasaan bermain gadget dari jarak dekat.

"Anak-anak di usia 6 bulan supaya bisa duduk tenang kerap diberikan gadget oleh orangtuanya," kata Zoraya.

2. Terbiasa menggunakan penglihatan jarak dekat

Faktor yang satu ini masih ada kaitannya dengan kebiasaan bermain gadget sejak usia dini.

Akibatnya anak-anak zaman sekarang juga terbiasa menggunakan penglihatan jarak dekat saat bermain gadget.

Berbeda dengan zaman dulu yang mungkin di usia tersebut masih sering bermain di luar ruangan.

3. Faktor genetik

Terlepas dari kebiasaan sehari-hari, faktor genetik merupakan salah satu penyebab mata minus pada anak.

Apabila dalam riwayat keluarga ada yang mengalami mata minus tinggi, kemungkinan si anak juga memiliki risiko yang dapat mempercepat akselerasi atau penambahan mata minus yang dialaminya.

4. Kekurangan vitamin D

Mungkin masih banyak yang percaya bahwa kekurangan vitamin A dapat memperburuk kualitas indra penglihatan.

Namun menurut sejumlah fakta penelitian, justru kekurangan vitamin D sangat berdampak signifikan pada kualitas penglihatan seseorang, khususnya dalam menyebabkan mata minus.

"Memperbanyak aktivitas di luar ruangan juga dapat membantu anak-anak terpapar sinar matahari yang merupakan sumber vitamin D selain dari makanan," ujar

Selain dari paparan sinar matahari, vitamin D juga dapat diperoleh dengan mengonsumsi berbagai makanan tertentu.

Seperti telur, ikan, beberapa jenis jamur, alpukat, pisang dan makanan lainnya.

Baca juga: Benarkah Makan Wortel Bisa Sembuhkan Mata Minus? 


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com