Maka tidak heran kebiasaan itu terbawa saat meramaikan acara pembukaan Piala Dunia yang kolosal itu. Tidak hanya di Qatar sekarang ini, namun juga di Brasil (2014) dan Rusia (2018), suporter Jepang rajin memungut sampah.
Kebersihan adalah pangkal kesehatan. Kotoran menyebabkan bakteri pembawa penyakit hidup subur. Semakin tersebar kotoran, berbagai macam penyakit semakin mudah tersebar. Maka kebersihan lingkungan menjadi kunci untuk mencegah penyebaran penyakit. Adanya penyakit merupakan ancaman terhadap keamanan dalam kehidupan.
Hubungan antara kesehatan dan keamanan terungkap dari riset yang diadakan oleh The Economist Intelligence Unit (EIU), London.
Sejak 2015, setiap dua tahun sekali EIU membandingkan tingkat keamanan 60 kota dunia dan membuat indeks kota aman (Safe Cities Index).
Indeks ini dihitung dari 76 indikator yang disusun dalam lima pilar, yaitu personal, kesehatan, infrastruktur, digital, dan lingkungan.
Pada Safe Cities Index 2021, Tokyo dan Osaka menempati urutan pertama dan kelima dalam pilar kesehatan, yang membuktikan bahwa kebiasaan warga Jepang menjaga kebersihan memang diakui dunia.
Sebagai perbandingan, dalam pilar yang sama Jakarta menempati urutan ke-46 dari 60 kota yang dinilai, kalah dari Singapura, Bangkok, dan Kuala Lumpur. Tentu ini bukan prestasi yang menggembirakan.
Membangun kota sehat telah menjadi program pemerintah Indonesia sejak lama. Pada 1998, pemerintah meluncurkan proyek pilot kota sehat di enam kota (Malang, Pekalongan, Balikpapan, Jakarta Timur, Bandar Lampung, dan Cianjur).
Dari proyek ini pemerintah kemudian mencanangkan penyelenggaraan kabupaten/kota sehat pada 2005. Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri membuat peraturan bersama tentang pedoman penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat (KKS).
Penyelenggaraan KKS ini berkaitan dengan misi pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Sehat pada tahun 2010.
KKS adalah suatu kondisi kawasan yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk.
Pencapaiannya difokuskan pada sembilan tatanan (setting), yaitu permukiman, transportasi, perkantoran, kehutanan, pertambangan, pariwisata, ketahanan pangan, kehidupan masyarakat, dan kehidupan sosial.
Pendekatan kota sehat merupakan perpaduan antara arahan dari pusat dan aspirasi dari bawah.
Untuk itu dibentuk Tim Pembina Pusat, Tim Pembina Provinsi dan Tim Pembina Kabupaten/Kota.
Pada tingkat bawah dibentuk Forum Kota Sehat, Forum Komunikasi Kecamatan Sehat, dan Kelompok Kerja Kelurahan Sehat.