Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Jenis Tekanan Darah Tinggi yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 02/12/2022, 06:30 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Quardio

KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi, atau hipertensi menandakan tingginya tekanan darah di pembuluh darah secara terus-menerus.

Pada kebanyakan kasus, hipertensi tidak menunjukkan gejala utama.

Beberapa pasien sering melaporkan sakit kepala, mimisan, atau bahkan kesulitan bernapas.

Baca juga: Apakah Kelelahan Bisa Jadi Tanda Hipertensi? Ini Penjelasannya

Namun, gejala ini biasanya muncul saat tekanan darah mencapai kondisi yang sangat parah.

Tekanan darah tinggi dikelompokkan ke dalam beberapa jenis.

Bagi yang memiliki riwayat penyakit ini, penting untuk mengetahui jenis hipertensi yang diderita guna mengurangi risiko komplikasi di kemudian hari.

Inilah lima jenis tekanan darah tinggi atau hipertensi yang sebaiknya diperhatikan.

1. Hipertensi primer

Juga dikenal sebagai hipertensi esensial, hipertensi primer tidak terkait dengan penyakit atau kondisi medis.

Kebanyakan orang dewasa dengan hipertensi termasuk dalam kategori ini, dan mewakili 95 persen dari semua kasus.

Baca juga: Pengidap Hipertensi Tak Perlu Hindari Kopi, Ini Penjelasannya

Penyebab hipertensi primer masih belum diketahui, namun studi menunjukkan kondisi ini kemungkinan terkait dengan usia, faktor genetik, dan gaya hidup.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terkait dengan masalah yang dapat diidentifikasi.

Penyakit ginjal, obesitas, depresi, dan gangguan tidur dapat menyebabkan seseorang mengalami hipertensi sekunder.

Jenis hipertensi ini hanya mewakili 5 persen kasus, dan terkadang timbul akibat efek samping mengonsumsi obat-obatan.

3. Hipertensi sistolik terisolasi

Tekanan darah dianggap normal bila angka pada tekanan darah sistolik berada di kisaran 120-129 mmHg, dan tekanan darah diastolik di kisaran 80-85 mmHg.

Jika tekanan darah sistolik naik di atas 140 mmHg, tetapi tekanan darah diastolik di bawah 90 mmHg, maka pasien dianggap mengalami hipertensi sistolik terisolasi.

Menurut National Center for Biotechnology Information, sekitar 15 persen orang berusia 60 tahun ke atas menderita hipertensi sistolik terisolasi.

Baca juga: 5 Minuman Penurun Tekanan Darah bagi Penderita Hipertensi

4. Krisis hipertensi

Ini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tekanan darah yang sangat tinggi dan merusak organ.

Individu dengan tekanan darah sistolik di atas 130 mmHg, dan tekanan darah diastolik 86 mmHg atau lebih dianggap hipertensi.

Ketika pasien hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah yang cepat, maka pasien itu disebut menderita krisis hipertensi.

Krisis hipertensi membutuhkan perawatan medis segera karena dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, kebutaan, atau gagal ginjal.

Baca juga: Kenapa Merokok Bisa Menyebabkan Hipertensi? Ini Penjelasan Dokter

5. Hipertensi resisten

Ketika pasien didiagnosis dengan hipertensi, mereka diminta untuk mengubah gaya hidup atau minum obat demi menurunkan tekanan darah.

Namun, jika tekanan darah tidak membaik, itu berarti tekanan darah tinggi mereka sulit diobati.

Mengubah pola diet dan gaya hidup

Kenali apa saja kondisi yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.

Seiring bertambahnya usia, seseorang berisiko lebih besar mengalami tekanan darah tinggi, terutama setelah usia 65 tahun.

Selain riwayat keluarga, gaya hidup dan pola diet berperan besar terhadap tekanan darah kita.

Sering stres, mengonsumsi alkohol, makan makanan tinggi garam dan lemak, merokok, dan jarang beraktivitas fisik adalah beberapa penyebab utama berkembangnya tekanan darah tinggi.

Sebelum terlambat, terapkan pola diet dan gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko tekanan darah tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Quardio


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com