Oleh: Zen Wisa Sartre dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Salah satu pertanyaan yang kadang sulit dijawab adalah masalah pernikahan, terutama menyangkut usia menikah. Negara menyatakan bahwa setidak-tidaknya baik laki-laki maupun perempuan yang akan menikah harus menginjak umur 19 tahun.
Itu sebabnya, tidak boleh lagi ada paksaan atas anak di bawah umur untuk menikah atau pendek kata, yaitu dijodohkan atau pernikahan dini. Akan tetapi, menikah bukan hanya terkait usia saja.
Kali ini, siniar Obrolan Meja Makan bertajuk “Tanda Kamu Siap Menikah” dengan tautan akses dik.si/OMMSiapNikah mengangkat topik pernikahan yang merupakan tonggak penting dalam perjalanan hidup manusia. Adapun episode ini dapat diakses melalui tautan berikut.
Pasalnya, pernikahan sangatlah sakral dalam hidup manusia. Pernikahan bukan sebatas sepasang kekasih yang diresmikan, tetapi ada kaitannya dengan budaya, agama, hukum, dan terutama persetujuan untuk hidup bersama.
Baca juga: Melihat Kembali Kehidupan dengan Sastra
Persetujuan hidup bersama ini juga mengandung konsekuensi dan tanggungjawab. Itulah mengapa, pernikahan yang dipaksakan tidaklah baik, terlebih pada anak yang belum beranjak dewasa, tetapi telah dijodohkan.
Ini disebabkan sang anak belumlah cukup dewasa untuk memiliki tanggungjawab dan cenderung pernikahannya akan menyebabkan banyak masalah.
Akan tetapi, bagaimana mengetahui kita sudah siap menikah? Berikut adalah empat indikasi bahwa kita siap menikah.
Mungkin bisa dibilang klise, tetapi jangan sampai ungkapan “menerima ketidaksempurnaan” hanya menjadi ungkapan saja.
Untuk itu, kita harus memahami ketidaksempurnaan pasangan secara menyeluruh, seperti akan pada suatu saat pasangan kita menjengkelkan dan perilakunya tidaklah rasional.
Kita juga harus mau memahami adanya perbedaan pendapat dan pemikiran dalam suatu pernikahan.
Kemudian, bila ada suatu konflik atau masalah, kita bisa menyelesaikannya dengan kepala dingin. Penting bagi pasangan suami istri untuk memiliki sifat kedewasaan dan kebijaksanaan dalam sebuah pernikahan.
Sebuah kesalahan dalam pemikiran bila seseorang yang kita nikahi akan selalu ada dan memahami apa yang kita rasakan dan mau. Itulah mengapa, perlu adanya komunikasi yang baik antara kedua belah pihak.
Dalam sebuah hubungan, apalagi pernikahan, tidak ada kata menang-kalah. Bila masih berpikir demikian, maka bukan tidak mungkin hanya akan ada masalah dan kerumitan yang menunggu.
Kita juga tidak boleh menyalahkan pasangan bila dirinya melakukan kesalahan atau lalai melakukan pekerjaan rumah.