Ini memungkinkan bakteri usus menjadi lebih baik atau buruk, terlebih jenis makanan yang dikonsumsi menentukan jenis bakteri di usus.
Karena alasan itulah Nielsen merekomendasikan orang supaya banyak mengonsumsi sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Pilihan makanan yang dapat diasup adalah bawang bombay, buah beri, teh, atau kopi yang semuanya mengandung flavonoid.
Flavonoid adalah sekelompok fitokimia yang mendorong pertumbuhan spesies bakteri menguntungkan yang disebut Bifidobacteria.
Selain itu, orang juga disarankan mengasup serat larut untuk memberishkan lapisan usus dan membantu tinja agar lebih mudah dikeluarkan.
Baca juga: Waspadai, 8 Tanda Pencernaan Bermasalah
Orang yang mengonsumsi setidaknya 30 jenis tanaman berbeda setiap minggu diketahui memiliki mikrobioma usus yang lebih kuat.
Mereka juga mempunyai mikrobioma usus yang lebih beragam daripada orang yang makan kurang dari sepuluh tanaman setiap minggu.
Variasi makanan dikatakan Nielsen penting untuk usus karena beragamnya asupan menandakan keragaman nutrisi di dalam usus.
Di sini, ia menyarankan orang untuk mengonsumsi blueberry, hemp hearts, susu kedelai, termasuk kayu manis.
Makanan yang difermentasi seperti kimchi, tempe, kombucha, dan sauerkraut ternyata membantu menjaga kesehatan usus.
Manfaat makanan fermentasi untuk kondisi saluran pencernaan sempat dibuktikan dalam sebuah penelitian di jurnal Cell.
Didapati bahwa responden yang makan makanan tinggi fermentasi merasakan peningkatan keragaman mikrobioma.
Hasil tersebut mereka dapat setelah makan makanan fermentasi sebanyak 6,3 porsi setiap hari selama sepuluh minggu.
Nielsen juga mengatakan, makanan fermentasi tidak hanya dibuat dari makanan nabati yang padat nutrisi.
Lebih dari itu, makanan fermentasi mengandung mikroba komensal yang membantu mempromosikan mikrobioma usus yang beragam dan sehat.
Baca juga: 10 Gangguan Pencernaan yang Kerap Dialami Orang Indonesia
Mengalami stres tidaklah baik untuk kesehatan mental, tapi juga kondisi usus -meski hubungan keduanya belum sepenuhnya diketahui.
Namun, peneliti bisa menjelaskan bahwa organ pencernaan ini disuplai dengan saraf oleh sistem saraf enterik.
Ini adalah jaringan saraf yang sangat besar yang secara rumit mengontrol cara kerja usus dalam tubuh.
Demikian penjelasan dari ahli gastroenterologi di Gastroenterology Associates of New Jersey di Clifton, Andrew Boxer, MD.
Ia mengatakan bahwa kondisi seperti itu dapat mempengaruhi dan menyebabkan rasa sakit, sembelit, diare, dan beberapa gejala lainnya.
Untuk itulah, Boxer meminta orang untuk mengelola stres, seperti meluangkan waktu untuk riles meski hanya beberapa menit.