Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos Motif Batik Parang Bawa Sial di Pernikahan, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 06/12/2022, 18:37 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Batik parang dilarang dipakai oleh para tamu undangan resepsi pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono di Puro Mangkunegaran, Solo.

Aturan ini mengacu pada larangan yang memang berlaku di kraton tersebut selama bertahun tahun.

Parang memang menjadi motif yang sakral sehingga hanya boleh dipakai oleh raja dan kalangan bangsawan saja.

Baca juga: Alasan Batik Parang Lereng Dilarang Dipakai Saat Resepsi Kaesang-Erina

Namun banyak juga yang menyebut jika larangan ini berkaitan dengan mitos yang melarang penggunaan batik parang di pernikahan karena membawa sial bagi pasangan tersebut.

Kehidupan pernikahan pasangan yang diwarnai batik parang disebut tidak akan harmonis dan sarat akan konflik.

Benarkah?

Mitos batik parang bawa sial di pernikahan

Batik parang memang memiliki keindahannya sendiri dari segi desain sehingga menarik minat banyak kalangan.

Selain itu, motif batik ini juga bermakna filosofis yakni perjuangan yang tidak pernah putus maupun menyerah.

Terlepas maknanya yang mendalam, masyarakat Jawa percaya jika motif ini sebaiknya tidak dipakai dalam acara pernikahan.

Baca juga: Panitia Pernikahan Kaesang-Erina Minta Tamu Undangan Tak Pakai Batik Parang Lereng Saat Masuk Pura Mangkunegaran, Ini Alasannya

Aji Setyowijoyo, jebolan Sastra Nusantara Universitas Gadjah Mada sekaligus produsen batik di Yogyakarta berpendapat jika mitos ini ada kaitannya dengan asal usul motif tersebut.

"Parang bisa diartikan sebagai senjata namun juga karang, yang konon menjadi inspirasi penciptaan motif ini," ujarnya, kepada Kompas.com.

Ia menjelaskan, motif parang, yang dimaknai karang, dianggap sebagai karya otentik raja sehingga tidak seharusnya dipakai sembarang orang.

Konon, batik parang diciptakan Panembahan Senapati saat mengamati ombak Laut Selatan yang menerpa karang di tepi pantai.

Ilustrasi motif batik Parang yang banyak ditemukan di daerah Solo dan Yogyakarta. Beberapa di antaranya masuk ke dalam motif larangan sehingga tidak semua orang boleh memakainya.

kratonjogja.id Ilustrasi motif batik Parang yang banyak ditemukan di daerah Solo dan Yogyakarta. Beberapa di antaranya masuk ke dalam motif larangan sehingga tidak semua orang boleh memakainya.
Namun ada pendapat lebih populer yang mengartikan parang sebagai senjata sehingga melambangkan kekejaman dan kekerasan, hal yang tentunya berlawanan dengan kebahagiaan pernikahan.

"Orang punya pendapat itu kok parang senjata dipakai di pernikahan, pendapat yang lebih populer berkembang di orang biasa seperti itu," jelas Aji.

Baca juga: 3 Cara Merawat Kain Batik agar Tidak Mudah Rusak

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com