Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Apakah Normal Jika Anak Miliki Teman Khayalan?

Kompas.com - 07/12/2022, 18:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Zen Wisa Sartre dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Teman khayalan atau imajinasi adalah teman yang dibuat oleh anak-anak dalam imajinasi mereka.

Teman khayalan kadang membuat orangtua atau orang dewasa khawatir. Akan tetapi, memanglah normal bagi anak-anak yang memiliki teman khayalan, terlebih anak-anak mengenal karakter dari buku cerita, mainannya, dan tontonannya.

Keadaan ini juga yang menjadi tema dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Kisah: Anya & Adji: Punya Teman Khayalan” yang dapat diakses melalui tautan berikut dik.si/AJTemanKhayalan.

Bahkan, anak-anak berusia dua setengah tahun sudah bisa memiliki teman khayalan dan kadang lebih dari satu. Anak-anak biasanya berhenti bermain dengan teman khayalan seiring tumbuhnya usia, terutama ketika mengenal lingkungan sekitar.

Melansir dari The Atlantic, para psikolog setuju bahwa kehadiran teman khayalan tidak perlu menimbulkan kekhawatiran. Teman khayalan sendiri merupakan tanda-tanda berkembang dan tumbuhnya kecerdasan sosial pada anak.

Dalam khayalannya ini, anak-anak dapat bermain dan mengobrol. Itu sebabnya, orang-orang yang lebih dewasa di sekitarnya tidak boleh menganggap apalagi langsung menyebabkan si anak merasa dirinya aneh.

Baca juga: Sunday Night Blues, Perasaan Cemas di Akhir Pekan

Sejumlah penelitian juga mengungkapkan bahwa hubungan anak dan teman khayalannya ini dapat memenuhi kebutuhan seorang anak, seperti persahabatan, perhatian, dan berlatih berbicara. Itulah mengapa, imajinasi anak tentang teman khayalan lebih banyak pada anak tunggal atau sulung.

Lebih dari itu, teman khayalan ini dapat memantik kecerdasan dan sisi kreatif sang anak. Teman khayalan ini juga dapat mendukung ketika anak sedang memerankan tokoh dokter, polisi, atau siapa pun yang sedang atau baru dirinya pelajari.

Tidak aneh bila teman khayalan anak sering kali bukan hanya berwujud manusia, melainkan bayi, hewan, atau sesuatu yang hanya sang anak mengerti.

Tidak jarang juga teman khayalan ini digambarkan oleh sang anak sebagai teman yang lebih kompeten dan kuat dari mereka, seperti pahlawan super atau makhluk dengan kekuatan.

Jelas, teman khayalan ini membantu anak untuk memenuhi kebutuhan psikologis yang mendasar, seperti mengambil keputusan, hubungan, dan kemandirian. Meskipun, teman khayalan ini tak kasat mata atau hanya berada pada imajinasi sang anak.

Pada aspek kreatifnya, teman khayalan juga mampu memfasilitasi sang anak untuk mereka keadaan, memanipulasi situasi, dan mengarang cerita.

Bila orangtua menganggap teman khayalan sebagai sesuatu yang aneh, anak dapat merasa depresi dan ada sesuatu yang salah pada dirinya. Karena hanya sang anak yang mengerti dan dapat berinteraksi dengan dirinya.

Teman-teman khayalan ini mungkin selalu ada, atau kadang datang dan pergi. Bahkan, teman khayalan hanya ada di tempat-tempat tertentu yang memantik imajinasi sang anak. Karena mereka juga akan muncul dan menghilang dalam imajinasi anak tanpa alasan yang jelas.

Baca juga: Terkadang Stress Itu Perlu

Namun, apa yang akan terjadi di kala anak-anak tumbuh besar? Apakah teman khayalannya itu ikut menghilang? Bagaimana bila sudah dewasa dan tetap memiliki teman khayalan?

Melansir dari The Conversation, orang-orang yang sudah dewasa dan memiliki teman khayalan bila diceritakan kepada teman-temannya, maka dirinya akan dianggap berhalusinasi.

Untuk itu, penting juga bagi orangtua untuk memberitahu kepada anak bahwa teman khayalan tidaklah nyata. Akan tetapi, orangtua juga harus pelan-pelan menjelaskan kepada anak tentang sesuatu yang nyata dan tidak.

Teman khayalan di masa kanak-kanak diklasifikasikan sebagai makhluk tak terlihat yang diberi pikiran atau kepribadian oleh seorang anak dan bermain dengannya selama lebih dari tiga bulan.

Sebenarnya, orang dewasa juga kerap memiliki teman imajinasi, seperti ketika membaca novel atau membayangkan kejadian sesuatu.

Penelitian juga mengungkapkan seseorang yang dewasa dan memiliki teman khayalan tidaklah berisiko untuk terkena masalah kesehatan mental atau skizofrenia. Orang dewasa ini hanya lebih cenderung memiliki bentuk halusinasi secara lebih umum.

Pendek kata, halusinasi teman khayalan pada orang yang mengidap skizofrenia memiliki gejala layaknya orang yang depresi.

Dengarkan informasi dan cerita kesehatan mental lainnya hanya melalui siniar Anyaman Jiwa di Spotify. Di sana, ada banyak cerita dari teman-teman yang mempunyai masalah hidup serupa sehingga kita tak akan merasa sendiri.

Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbaru yang tayang tiap Rabu dan Jumat. Akses sekarang juga episodenya melalui tautan dik.si/AJTemanKhayalan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com