Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 09/12/2022, 08:09 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kondom sering dikatakan sebagai alat kontrasepsi paling aman.

Fungsinya tak cuma efektif mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, tapi juga mengurangi risiko penyakit menular seksual.

Terlepas dari manfaat penggunaan kondom, di tengah masyarakat masih ada begitu banyak mitos-mitos yang beredar.

Mulai dari efektivitasnya yang diragukan, bahan kondom, sampai cara menggunakan dan menyimpannya dengan benar.

Kebanyakan mitos tersebut perlu diluruskan, sebab khawatir informasinya menyesatkan bahkan bisa berdampak fatal. 

Baca juga: Sebelum Membeli Kondom, Ini 7 Hal yang Harus Diperhatikan

Mitos dan fakta seputar kondom

Ilustrasi kondomFreepik Ilustrasi kondom

Secara umum kondom adalah alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan hingga penularan penyakit kelamin saat berhubungan seks.

Namun di beberapa negara ada pula kondom khusus wanita yang dipakai secara internal untuk menghalami cairan sperma agar tidak membuahi sel telur.

Melansir Cleveland Clinic, semua jenis kondom dapat berfungsi untuk mencegah kehamilan tapi tidak dengan penyakit menular seksual

Untuk lebih jelasnya, berikut sejumlah mitos dan fakta seputar kondom yang perlu diluruskan agar tidak salah kaprah lagi.

1. Kondom kulit domba sama dengan lateks?

Jika ditelaah dari material atau bahannya, kedua jenis kondom ini mampu mencegah kehamilan, tapi beda kemampuan soal mencegah penularan penyakit seksual.

Untuk kondom dari lateks, poliuretan dan bahan sintetis lainnya dikatakan lebih aman karena bisa berfungsi mencegah penularan penyakit kelamin.

Tetapi fungsi mencegah penyakit kelamin tidak bisa dilakukan oleh kondom dari kulit domba.

Kemungkinan besar kondom jenis ini materialnya tidak mampu menahan laju penularan virus atau bakteri, sehingga penularan penyakit menular seksual dapat terjadi.

Baca juga: Ini Alasan Kondom Tidak Boleh Dipakai Lebih dari Satu Kali

2. Kondom tidak bisa mencegah penularan herpes

Pernyataan tersebut bisa dikatakan mitos, sebab kondom cukup efektif dalam mencegah penyakit menular seksual termasuk herpes.

Orang yang ketularan herpes saat bercinta menggunakan kondom biasanya cara penggunaan kondomnya tidak konsisten dan tidak benar. 

Sehingga meski menggunakan kondom saat bersenggama, virus herpes tetap menyebar dan menginfeksi satu sama lain.

Padahal menurut pakar, virus herpes tidak bisa menembus lapisan kondom khususnya yang terbuat dari lateks dan sejenisnya.

Maka dari itu penggunaan kondom harus benar, termasuk pada saat seks oral atau penggunaan sex toys.

3. Kondom tidak ampuh melindungi dari HIV?

Secara umum penggunaan kondom sangat efektif dalam mengurangi risiko penularan HIV.

Bahkan tak cuma HIV, penyakit menular lainnya seperti hepatitis C, HPV, dan virus herpes simpleks (HSV) juga dapat dicegah.

Namun satu hal terpenting adalah terkait bahan kondom itu sendiri. Untuk perlindungan yang baik, hindari kondom dari kulit domba dan pilihkan kondom berbahan lateks atau poliuretan.

Baca juga: 5 Tips Bercinta Pakai Kondom Tanpa Mengurangi Kenikmatan Seksual

Ilustrasi kondomDailybeast Ilustrasi kondom

4. Jangan menyimpan kondom di dalam dompet

Anggapan ini menurut pakar adalah benar. Ya, kondom merupakan alat kontrasepsi yang cukup rentan rusak jika tidak disimpan dengan benar.

Bahkan tak cuma dompet, kualitas kondom akan mudah rusak jika terpapar sinar matahari,  terkena panas berlebihan hingga terhimpit atau tertekuk saat disimpan. 

Untuk itu, simpan kondom di tempat yang sejuk, tidak terhimpit apapun dan tidak terlipat. Hindari pula benda-benda tajam di sekitarnya karena hal itu dapat merusak kualitas kondom.

Baca juga: Mengenal Kondom, Fungsi, Efek Samping, dan Cara Pakai yang Benar

5. Perlukah menggunakan dua kondom saat bercinta?

Sebagai langkah antisipasi ekstra, tidak sedikit pria menggunakan kondom dua lapis.

Padahal cara itu bisa dikatakan salah. Sebab, gesekan yang terjadi saat berhubungan seks dapat melemahkan kontur kondom satu sama lain.

Akibatnya kondom bisa cepat rusak dan fungsinya menjadi tidak efektif.

Dalam hal ini, penggunaan kondom satu saja dalam sekali sesi bercinta sudah cukup aman.

6. Semua jenis pelumas cocok untuk kondom

Jangan salah saat memilih pelumas seks, sebab bila kandungannya tidak cocok justru pelumas itu bisa membuat kondom mudah robek.

Memilih pelumas yang tepat sebenarnya dapat diperkirakan dari jenis bahan kondom yang digunakan.

Misalnya kondom dari lateks sangat aman untuk pelumas berbahan dasar silikon atau air.

Hindari penggunaan pelumas berbahan dasar minyak seperti petroleum jelly, losion, minyak pijat hingga minyak kelapa.

Pasalnya kondom berbahan minyak itu dapat melemahkan lateks sehingga kondom bisa cepat rusak saat terkena gesekan.

Namun menurut pakar, kondom berbahan dasar poliuretan atau bahan sintetis lainnya bisa menggunakan pelumas berbahan dasar minyak.

Meski begitu, penggunaannya tergantung dari tingkat kenyamanan masing-masing.

Jangan diteruskan jika sudah tidak nyaman menggunakan pelumas berbasis minyak ini karena bisa memicu iritasi.

7. Tanggal kedaluwarsa kondom tidak penting

Sebaiknya jangan menggunakan kondom yang sudah melewati tanggal kedaluwarsa meski kemasannya masih terlihat utuh dan bagus.

Ketahuilah bahwa kualitas bahan kondom bisa rusak seiring waktu.

Kondom yang sudah usang kemungkinan sudah tidak efektif lagi karena mungkin bahannya akan mudah robek jika dikenakan.

Baca juga: 3 Jenis Kondom Paling Disukai Wanita, Apa Saja?

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com