Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Hamil Wajib Waspadai Junk Food, Picu Alergi pada Janin

Kompas.com - 09/12/2022, 08:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat mendengar istilah junk food, mungkin yang dibayangkan adalah makanan seperti pizza, burger, atau makanan cepat saji lainnya.

Padahal, junk food bukan hanya berlaku untuk fast food saja, tetapi juga makanan tidak sehat lain yang rendah gizi dan tinggi kalori seperti gorengan.

Risiko junk food bagi kesehatan perlu menjadi perhatian semua orang, termasuk ibu yang akan melahirkan.

Sebuah penelitian menemukan, zat aditif dalam junk food dapat disalurkan ke janin di dalam kandungan dan memicu perubahan yang terkait perubahan alergi.

Baca juga: Kenai Bahayanya, Cegah Keinginan Konsumsi Junk Food Berlebihan

Temuan diambil dari ratusan riset

Temuan tersebut diambil dari tinjauan terhadap sekitar 170 studi, dan dimuat di jurnal Frontiers in Allergy.

Menurut para peneliti, partikel kecil yang ditambahkan ke gula, pemanis dan pengawet untuk membuat manisan, kue, dan sirup dapat melewati plasenta dan mencapai janin.

Partikel-partikel itu kemudian menumpuk di usus dan mengganggu mikrobioma usus bayi.

Sudah banyak studi yang menyimpulkan, diet tinggi lemak selama kehamilan dapat merusak sistem kekebalan bayi dan membuat bayi rentan terhadap sejumlah masalah kesehatan.

Dalam studi terbaru, para ilmuwan mengecek data terkait efek zat aditif dalam makanan pada bakteri tubuh dan sistem kekebalan tubuh.

Baca juga: Bukan Junk Food, Ini Makanan untuk Perbaiki Mood

Sebanyak 168 makalah studi diteliti, termasuk studi yang dilakukan di laboratorium dengan melibatkan manusia dan hewan pengerat.

Tiga zat aditif yang dinilai bisa memicu perkembangan alergi

Peneliti berfokus pada tiga zat aditif yang terdapat dalam banyak makanan olahan, termasuk titanium dioksida yang digunakan dalam permen, saus salad, dan permen karet untuk memberi tekstur halus atau berfungsi sebagai pewarna putih.

Studi ini juga mengamati silikon dioksida (zat yang mencegah makanan menggumpal atau saling menempel) dan nanosilver ( bahan pengawet yang digunakan dalam kemasan makanan untuk memperpanjang umur simpan makanan).

Dalam percobaan pada tikus, para peneliti melihat nanopartikel dalam zat aditif yang sudah disebutkan sebelumnya bisa melewati plasenta dan masuk ke usus bayi tikus.

Mereka mengatakan, hal itu juga bisa terjadi pada manusia.

Baca juga: Bahaya Junk Food yang Mengintai Kesehatan Kita

Usus tidak menyerap partikel-partikel kecil. Sebaliknya, partikel itu justru menggumpal dan mengganggu bakteri di sekitar usus.

Karena mikrobioma usus sangat terkait dengan sistem kekebalan tubuh, para peneliti berasumsi nanopartikel tersebut bisa berkontribusi dalam perkembangan alergi.

Alergi pada anak lebih umum terjadi dibandingkan pada orang dewasa, sehingga peneliti beranggapan temuan ini memperkuat teori mereka.

Penjelasan peneliti

Dr Karine Adel-Patient, ahli kesehatan manusia di Universite Paris-Saclay mengomentari temuan studi itu.

"Dampak paparan partikel terhadap perkembangan alergi makanan belum dinilai sampai saat ini," ujarnya.

"Temuan kami menyoroti kebutuhan mendesak bagi para peneliti untuk menilai risiko terkait paparan nanopartikel anorganik bawaan makanan dan dampaknya terhadap kesehatan anak-anak."

Baca juga: Sering Makan Junk Food, Waspadai 13 Penyakit Berikut

"Partikel itu dapat melewati penghalang plasenta dan mencapai janin yang sedang berkembang," tambah dia.

Kacang tanah dan kacang pohon merupakan penyebab utama alergi pada anak-anak, sedangkan pada populasi umum, makanan seperti kerang, susu, dan kacang tanah menjadi penyebab utama alergi.

Lebih dari 900 produk makanan mengandung setidaknya satu zat aditif yang didefinisikan sebagai nanopartikel.

Beberapa makanan dengan kandungan nanopartikel di antaranya susu formula bayi (26 persen), kembang gula (16 persen), sereal (15 persen), sereal batangan (13 persen), serta kue kering beku dan makanan penutup (11 persen).


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com