KOMPAS.com - Perundungan atau bullying merupakan salah satu masalah yang sangat sering terjadi di sekolah dan dapat berdampak negatif pada kehidupan anak ke depannya.
Untuk itu, tentu bullying perlu dihentikan dan dikenali tanda-tandanya.
Namun, apa saja tanda dan ciri anak yang menjadi korban bully?
Dikutip dari BBC, direktur dari organisasi Anti-Bullying Alliance, menyebutkan soal makna bullying dan beberapa ciri anak yang menjadi korban bully.
Menurutnya, bullying merupakan sebuah tindakan berulang yang bertujuan untuk menyakiti seseorang atau suatu kelompok secara sengaja.
Bullying juga selalu terjadi akibat adanya ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan dan dapat terjadi secara daring maupun tatap muka.
Baca juga: Tanda Si Kecil akan Tumbuh Jadi Pelaku Bully
Ia juga menambahkan, saat ini istilah “bullying” sering disalahartikan dan dikaitkan dengan sesuatu yang bukan bullying.
“Memang penting bagi anak untuk berselisih paham. Perselisihan merupakan bagian penting untuk belajar dan berkembang. Kita harus mengajari anak untuk berkomunikasi satu sama lain saat tidak cocok.”
“Namun, bullying bukan sebuah insiden yang hanya terjadi selama satu kali saja dan bisa terjadi sepanjang waktu. Anak yang mengalami bullying bisa berakhir tidak mau masuk sekolah, tidak bahagia, atau mengalami depresi. Kami juga tahu dari banyak studi bahwa bullying bisa terjadi hingga anak memasuki usia dewasa,” ujar Martha.
Untuk itu, ada baiknya orangtua memperhatikan 10 ciri anak menjadi korban bully berikut ini.
Baca juga: 7 Alasan Bullying Sering Terjadi di Kalangan Remaja
Menurut Martha, penelitian yang dilakukan timnya menunjukkan bahwa anak yang menjadi pelaku bully biasanya memiliki hidup yang lebih tidak bahagia dibanding anak yang menjadi korban bully.
Ia menambahkan, jika seorang anak menjadi pelaku bully, biasanya ada alasan di baliknya, dan alasan itu biasanya tidak membuat anak bahagia.
Untuk itu, Martha memberi begberapa tips untuk mendekati anak jika orangtua mencurigai anaknya menjadi pelaku bully.
Penting bagi orangtua untuk berdiskusi dengan anak tanpa adanya penuduhan.
Menuduh anak secara langsung akan membuat anak tidak mau bicara. Jadi meski kita berpikir anak harus menceritakan yang sesungguhnya, penting bagi kita untuk mendengarkan anak terlebih dahulu.
Meski merasa marah atau malu, orangtua perlu mengobrol dengan anak untuk mencari tahu penyebab ia membully siswa lain.
Bisa saja anak merasa tertekan dengan keadaan lingkungannya, melihat konten negatif di internet, memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah, atau tidak bahagia.
Ingat, penting untuk mengetahui alasannya terlebih dahulu sebelum menindaklanjuti perilaku anak.
Bantu anak memahami alasan mengapa bullying adalah perbuatan yang buruk dan pengaruhnya terhadap seseorang dengan menggunakan kata-kata yang baik dan aksi positif di rumah.
Lalu, mengajari anak bagaimana seharusnya cara memperlakukan orang lain juga tak kalah penting.
Orangtua juga bisa meminta bantuan dari teman atau keluarga bila perlu.
Baca juga: 5 Hal yang Dirasakan Orang Setelah Di-bully, Tidak Hanya Sakit Hati
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.