"Dia bisa saja menggunakan orang lain untuk mencapai apa pun tujuannya. Lupakan apa yang kita inginkan, ini bukan tentang kesetaraan dalam hubungan persahabatan," katanya.
Pernahkah kita mengharapkan permintaan maaf dari seseorang dan akhirnya malah kita yang meminta maaf?
Ini merupakan salah satu red flag klasik dalam hubungan persahabatan.
Katakanlah teman kita membatalkan rencana makan siang yang kita adakan beberapa hari lalu.
Ketika kita mengkonfrontasi dia tentang hal itu, dia akan bercerita panjang lebar tentang bagaimana dia bertengkar hebat dengan seseorang dan mengungkit masa lalunya.
Kita ingin berada di sana untuknya, hanya saja, dia selalu membuat kita merasa bersalah.
Taktik seperti ini, di mana dia mengubah dirinya yang menjadi korban adalah tanda bahwa teman kita toxic.
Teman yang toxic akan selalu melihat segala fokus hanya ada dirinya tanpa mempedulikan yang lain.
Misalnya, saat bertemu, teman yang toxic tidak akan menanyakan apa pun tentang kehidupan yang sedang kita jalani saat ini dan lebih banyak bercerita tentang dirinya sendiri.
Baca juga: Kenali, Rasa yang Terus Muncul dalam Hubungan Toksik
Teman kita setuju untuk datang ke sebuah pertunjukan drama, tetapi kemudian dia menghabiskan seluruh waktunya untuk mengeluh tentang banyak hal, padahal seharusnya menikmati tontonan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.