Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/12/2022, 15:06 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Haid adalah proses perubahan hormon yang secara alami terjadi dan berkaitan dengan reproduksi perempuan secara umum.

Meski begitu, masih banyak yang menganggap hal ini tabu untuk dibicarakan, sehingga tidak semua perempuan benar-benar bisa memahami berbagai informasi seputar kesehatan reproduksi dan siklus haid.

Kurangnya informasi mengenai haid juga menyebabkan kesalahpahaman, diskriminasi, dan stigma yang menghalangi para perempuan memperlakukannya sebagai bagian normal dari kehidupan mereka.

Baca juga: Remaja Belum Haid di Usia 15 Tahun, Apa yang Harus Dilakukan?

Lantas, apa saja penyebab munculnya stigma terhadap siklus haid yang dialami oleh perempuan dan bagaimana menghadapinya?

Untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak penjelasannya seperti yang dilansir dari laman Health Shots berikut ini.

Penyebab stigma seputar haid

• Diskriminasi

Diskriminasi terkait siklus haid telah banyak diamati dalam beberapa budaya.

Bahkan, tak jarang ada perempuan yang dipaksa untuk tidur di tempat tidur terpisah atau diusir dari kamar tidur saat haid.

Mereka juga tidak diizinkan masuk dapur atau tidak diizinkan menghadiri praktik ritual keagamaan.

Diskriminasi semacam ini sering kali menimbulkan perasaan malu yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

• Tabu dan stigma seputar pembahasan haid

Menganggap pembicaraan seputar haid tabu membuat perempuan lebih sulit untuk memahami siklus bulanannya ini.

Hal tersebut juga cenderung memperkuat pemikiran bahwa membahas siklus haid tidak dapat diterima.

Baca juga: 7 Tanda Harus Berhenti Minum Kopi, Salah Satunya Haid Tidak Lancar

• Kurangnya pengetahuan

Sama halnya dengan topik tabu lainnya, komunikasi terkait haid dibatasi oleh beberapa norma budaya.

Banyak perempuan dibiasakan untuk tidak membicarakan atau mendiskusikan masalah kesehatan reproduksi dan haid di depan umum, karena itu dianggap tidak sopan.

Rasa malu juga menghalangi seorang perempuan untuk berbicara tentang haid, meskipun faktanya haid bersifat alami dan sangat terjadi normal pada perempuan.

Bahkan, banyak perempuan muda yang tidak tahu apa-apa tentang haid sebelum mereka mengalami haid untuk pertama kali.

Cara menghadapinya

• Meningkatkan komunikasi soal haid

Sama halnya dengan subjek tabu lainnya, membahas haid membutuhkan dukungan budaya.

Penting untuk mengakhiri tabu yang mengelilinginya dan mengakui bahwa siklus haid adalah proses biologis yang vital dan tidak ada yang memalukan tentang hal itu.

Baca juga: 8 Penyebab Kram Perut Pasca Haid, dan Cara Mengatasinya

Kaum muda dari semua gender juga harus diajarkan bahwa haid adalah tanda tubuh yang sehat.

Ketika kita menggunakan bahasa khusus gender untuk membingkai haid sebagai masalah perempuan, kita sangat mendukung pemikiran bahwa haid hanya penting bagi perempuan.

• Pentingnya edukasi

Orang yang tidak haid tidak boleh dikecualikan dari pendidikan ini atau percakapan ini, tetapi harus lebih aktif terlibat dalam percakapan seputar haid.

Mendidik dan melibatkan orang yang tidak haid untuk memahami bahwa siklus ini bukanlah sesuatu yang memalukan dapat mengurangi stigma dan memberdayakan orang yang sedang mengalami haid.

Di samping itu, mengedukasi anak laki-laki tentang haid juga diperlukan untuk membangun kepercayaan diri di antara para perempuan yang sedang haid bahwa ini adalah proses biologis yang sangat normal yang terjadi setiap bulan.

Hal ini juga akan mengajarkan anak laki-laki untuk peka dan bertanggung jawab dalam interaksinya dengan perempuan yang sedang haid.

Baca juga: 3 Gerakan Yoga yang Dapat Meringankan Nyeri Haid

• Mengenal kekuatan siklus haid

Siklus haid dan kesehatan reproduksi harus didiskusikan secara terbuka untuk membantu memecahkan tabu maupun stigma yang berkembang di masyarakat.

Hal ini dapat dilakukan dengan teman dekat, anggota keluarga, rekan kerja, orang asing, atau dalam skala yang lebih besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com