Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diet Keto Bisa Perbaiki Gangguan Mental? Ini Kata Ahli

Kompas.com - Diperbarui 19/12/2022, 09:31 WIB
Dinno Baskoro,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

Sumber DMarge

KOMPAS.com - Diet ketogenik alias diet keto ternyata tak cuma bermanfaat untuk menurunkan berat badan tapi juga kesehatan mental.

Para ahli menyebutkan bahwa nutrisi yang kita makan memainkan peranan penting dalam memperbaiki suasana hati.

Jadi diet yang mengutamakan asupan lemak hewani dan rendah karbohidrat ini bisa membantu mengobati keluhan seperti kecemasan sampai depresi.

Baca juga: 6 Tanda Tubuh Mencapai Proses Ketosis, Pelaku Diet Keto Wajib Tahu 

Manfaat diet keto untuk perbaiki gangguan mental

Ilustrasi steak dengan potongan sayur. shutterstock/Soleskz Ilustrasi steak dengan potongan sayur.
Diet keto adalah pola makan yang dilakukan dengan mengutamakan asupan tinggi lemak dan mengurangi karbohidrat.

Tujuan dari melakukan diet yang satu ini agar tubuh dapat mencapai kondisi peralihan sumber energi yang disebut ketosis.

Ketosis merupakan proses pembakaran energi yang diambil dari asupan lemak sebagai bahan bakarnya.

Dalam kondisi tersebut, tubuh akan diubah menjadi keton di organ hati, sehingga hasil energinya dapat memberi asupan pula pada otak.

Praktik diet ini memang masih menuai pro dan kontra namun beberapa studi menunjukkan kalau diet keto masih aman dilakukan.

Dr. Chris Palmer, MD, asisten professor psikiatri dari Harvard Medical School mengatakan diet keto memiliki efek antidepresan yang kuat sehingga manfaatnya cukup signifikan dalam meningkatkan kesehatan mental.

Ia juga telah menyarankannya untuk pasien yang gejalanya sulit dikendalikan hanya dengan pengobatan biasa.

Beberapa gangguan mental yang dapat diatasi dengan diet keto seperti depresi kronis, hipomanik, hingga gangguan skizoafektif.

Baca juga: Diet Keto, Diet Terburuk di Tahun 2022, Mengapa? 

Tes depresi akan membantu diagnosa depresi dengan lebih baik. Tes depresi akan membantu diagnosa depresi dengan lebih baik.
Salah satu pasiennya adalah seorang pria yang berusia 33 tahun dengan gangguan skizoafektif dan sudah menjadi pasien dokter Chris selama delapan tahun.

Pasien tersebut kerap mengalami halusinasi pendengaran setiap hari, delusi paranoid, hingga ketakutan saat keluar rumah.

Pria tersebut sudah mencoba 17 obat untuk mengatasi, namun tidak satupun dari obat itu dapat menghentikan gejalanya.

Justru yang terjadi adalah berat badannya terus bertambah hingga mencapai 163 kilogram.

Hal itupun membuat pasien tersebut tidak percaya diri dan kualitas hidupnya berkurang.

Sampai pada akhirnya dokter Chris menyarankan pasien tersebut mencoba diet ketogenik.

Setelah melakukan diet yang satu ini dalam dua minggu, berat badannya mulai menurun secara perlahan.

Setelah menjalani diet keto selama beberapa tahun terakhir, berat badannya kini mencapai 90 kilogram.

Efek antidepresan pada diet keto dapat membantunya melakukan kontak mata yang lebih baik, membuatnya lebih banyak tersenyum hingga kelancaran dalam berbicara.

Pasien tersebut juga sudah bisa menempuh pelatihan bersertifikat, hingga tampil percaya diri di depan umum tanpa gejala paranoid, bahkan dia mulai percaya diri untuk hidup mandiri (tidak tinggal bersama keluarganya).

"Perubahan itu benar-benar mengejutkan saya sebagai psikiater, dan saya terus melakukan riset untuk memahami kondisi tersebut," ujar dokter Chris.

Baca juga: Hati-hati, Diet Keto Bisa Sebabkan Penyakit Kronis yang Berbahaya 

Diet keto bukan mengobati, tapi membantu memperbaiki gangguan mental

Berdasarkan pengalamannya itu, dokter Chris menyarankan bagi pasien lainnya untuk tidak melepaskan obat-obatan yang direkomendasikan.

Sebab diet keto ini bukanlah sebagai pengobatan, melainkan sebagai alat pendukung untuk membantu mengobati gangguan mental.

"Melepaskan obat-obatan itu sangat sulit dan berbahaya. Setiap pasien perlu melakukan pengawasan dengan ahli kesehatan mental," katanya.

Dalam proses dan risetnya saat mengobati pasien tersebut, dia juga menemukan satu fakta bahwa junk food merupakan makanan terburuk bagi kesehatan metabolisme.

Pada beberapa pasien, khususnya pada orang dengan gangguan mood. Menghindari junk food dapat memperbaiki kondisi suasana hati.

"Saya rasa tidak semua pasien membutuhkan diet ketogenik. Tingkat keton yang tepat itu sangat tergantung pada pasien dan kondisi gangguan mentalnya," tambah Chris.

Misalnya pada pasien dengan gangguan depresi dan kecemasan. Masalah mental yang satu ini dapat diperbaiki kondisinya apabila pasien mengurangi makanan manis.

Pasalnya, pasien tersebut memiliki gangguan metabolisme glukosa dan sistem pensinyalan insulin di otak.

Sehingga dokter Chris akan menyarankan untuk mengurangi kadar glukosa dan memperbaiki kadar insulin dengan menyarankan pasien menghindari makanan manis.

Baca juga: Intip, Diet Keto untuk Anak yang Picu Kontroversi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber DMarge


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com