Oleh: Meylisa Permata Sari, S.Psi., M.Sc. dan Denrich Suryadi, M.Psi., Psikolog
“Engga lah pasti gagal, mending enggak usah coba."
“Ah, mereka puji cuma untuk menghibur aku aja. Aslinya mah pasti jelek banget."
APAKAH kalimat tersebut tidak asing di telinga kamu? Mungkin kamu mendengarnya dari media sosial, teman, anggota keluarga, atau mungkin dari dirimu sendiri?
Kalimat-kalimat tersebut seringkali merefleksikan kebiasaan menjatuhkan diri sendiri (self-defeating habit).
Self-defeating habit adalah pola perilaku yang dilakukan baik secara sadar ataupun tidak sadar untuk mencegah, mengurangi, atau membatasi kemampuan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Dilansir dari Psychology Today, Dr. Carl E. Pickhardt memberikan daftar self-defeating habit yang umumnya dilakukan. Beberapa contohnya seperti:
Kebiasaan ini merupakan bentuk perilaku manusia yang paling paradoks. Seseorang mempunyai tujuan, namun ia sendiri yang mencegah langkahnya untuk mencapai tujuan tersebut.
Kok bisa melakukan kebiasaan ini?
Self-defeating habit berhubungan dengan pandangan negatif mengenai diri sendiri (low self-esteem). Selain itu, Dr. Milton R. Cudney menyatakan bahwa rasa takut merupakan sumber energi dari kebiasaan ini.
Percaya atau tidak, kebiasaan menjatuhkan diri sendiri justru merupakan strategi yang digunakan seseorang untuk menjaga harga diri, terutama pada situasi yang dianggap tidak dapat dikontrol.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.