"Setelah keguguran, kebanyakan orang akan bertanya pada diri sendiri apa penyebabnya, mengapa itu terjadi," jelasnya.
Baca juga: 5 Tips untuk Cepat Hamil Setelah Alami Keguguran
"Sayangnya, sangat sedikit orang yang didiagnosis dengan penyebab yang jelas, dan dalam situasi itu, kita cenderung mencari penjelasan sendiri."
"Apa yang kita lakukan atau tidak lakukan (diet, mengangkat barang berat, terbang, tidak benar-benar menginginkannya kehamilan) dan stres adalah salah satunya."
Sebagian besar wanita yang keguguran akan memiliki tingkat kecemasan yang sangat tinggi, takut hal itu akan terjadi lagi - dan juga khawatir tentang efek dari kecemasan itu, yang mengarah pada "beban ganda".
"Sekali lagi, tidak ada bukti bahwa ini meningkatkan risiko keguguran lagi," jelas Atik.
"Bahkan di antara orang-orang dengan keguguran berulang, pedoman yang didokumentasikan dengan sangat baik menunjukkan bahwa tidak ada bukti hubungan kausal yang jelas antara stres dan keguguran," tambahnya.
Dalam salah satu satu penelitian, penulis mencatat bahwa hubungan yang terjadi mungkin sebaliknya yakni keguguran adalah penyebab stres.
"Di atas segalanya, orang perlu memahami bahwa sebagian besar keguguran terjadi karena anomali kromosom acak, di mana ada yang tidak beres pada tahap awal perkembangan, dan di mana masalahnya mungkin terletak pada sel sperma, bukan hanya sel telur," pesan Atik.
Baca juga: Setelah Keguguran, Berapa Lama Idealnya Jeda Sebelum Hamil Lagi?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.