KOMPAS.com - Selama mengalami serangan panik atau kecemasan mendadak, tubuh akan mengaktifkan respons melawan atau lari (fight or flight).
Hal ini bisa menyebabkan serangkaian gejala seperti sesak napas dan hiperventilasi (bernapas terlalu cepat).
Bagi individu yang menderita serangan panik tunggal atau didiagnosis memiliki gangguan panik, sesak napas bisa terasa sangat tidak nyaman.
Baca juga: Serupa tapi Tak Sama, Serangan Panik dan Serangan Jantung
Saat mengalami perubahan pola pernapasan selama serangan panik, gejala ini bisa terjadi:
Selain sesak napas dan atau hiperventilasi, gejala serangan panik atau gangguan panik yang bisa muncul di antaranya pusing dan merasa akan pingsan.
Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan saat Panik Attack Kambuh?
Saat merasakan sesak napas, penderitanya kemungkinan bernapas lebih cepat, yang dapat menyebabkan hiperventilasi dan pada akhirnya memicu atau memperparah sesak napas.
Baca juga: Sesak Napas? Ini Posisi yang Baik untuk Meredakannya
Berbagai akibat dari hiperventilasi meliputi:
Pernapasan bisa menjadi penanda untuk kondisi sistem internal tubuh seseorang.
Menurut studi, perubahan pernapasan dapat memicu serangan panik, meningkatkan kadar kecemasan, dan membuat serangan panik menjadi intens.
Ada bukti yang menunjukkan, sesak napas terkait dengan respons melawan atau lari (fight or flight) ketika tubuh berusaha mendapatkan lebih banyak oksigen dan bersiap memertahankan diri.
Sesak napas karena serangan panik dan gangguan panik dapat disebabkan oleh faktor genetik dan atau hormonal.
Baca juga: 3 Cara Tenangkan Diri Saat Alami Panic Attack di Malam Hari
Kecemasan dapat menyebabkan dan memperparah sesak napas.
Gejala kecemasan bisa berupa sesak napas, kekurangan udara, dan perasaan tercekik. Sebaliknya, sesak napas juga berpotensi meningkatkan kecemasan.
Sesak napas dapat terjadi sebelum timbulnya serangan panik, atau meningkat selama serangan panik.