Infeksi klamidia dapat menyebabkan jaringan parut dan sumbatan pada saluran tuba, yang mengganggu kesuburan wanita.
7. Artritis reaktif
Penderita Chlamydia trachomatis berisiko lebih tinggi terkena artritis reaktif, juga dikenal sebagai sindrom Reiter.
Artritis reaktif umumnya memengaruhi persendian, mata, dan uretra --saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar tubuh.
Menghentikan aktivitas seksual bisa mencegah kita dari infeksi klamidia.
Namun demi keamanan saat berhubungan seks, ada langkah-langkah yang bisa dicoba:
1. Memakai kondom
Gunakan kondom lateks (pria) atau kondom poliuretan (wanita) setiap kali melakukan kontak seksual untuk mengurangi risiko infeksi.
Baca juga: Cermati 6 Hal Sebelum Pakai Kondom, agar Tak Berisiko Bocor
2. Lakukan pemeriksaan secara berkala
Jika kita aktif secara seksual, bicarakan dengan dokter mengenai frekuensi pemeriksaan yang tepat untuk klamidia dan infeksi menular seksual lainnya.
3. Hindari douching vagina
Douching adalah kegiatan membersihkan vagina dengan cairan yang terdiri dari campuran berbagai bahan kimia.
Metode douching sebaiknya dihindari, karena menurunkan jumlah bakteri baik di vagina dan meningkatkan risiko infeksi.
Kapan harus pergi ke dokter?
Temui dokter jika terdapat cairan yang keluar dari vagina, penis atau rektum, atau jika kita merasa sakit saat buang air kecil.
Juga, temui dokter jika mengetahui pasangan menderita klamidia. Dokter kemungkinan akan meresepkan antibiotik meskipun kita tidak memiliki gejala.
Baca juga: Gejalanya Bisa Serupa, Kenali Perbedaan Klamidia dan Gonorea
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.