Pertemanan seharusnya menjadi hubungan timbal balik dengan memberi maupun menerima sama banyaknya.
Jika kita merasa terlalu sering memberi atau menginvestasikan tenaga emosional tanpa respon setera mungkin telah terjadi pertemanan toxic.
Baca juga: 3 Tips Membangun Pertemanan Saat Usia Bertambah Tua
Tanda lain yang bisa dikenali adalah perasaan kita ketika berada di sekitar teman tersebut.
Apakah mood kita memburuk? Merasa cemas? Kelelahan karena kehadiran mereka?
Jika iya, artinya persahabatan itu berdampak negatif pada kita dan mungkin tidak sehat.
Pertemanan toxic jelas terjadi jika kita selalu jadi pihak yang disalahkan untuk setiap hal.
Padahal mungkin saja itu adalah kesalahan teman kita atau perbuatan keliru yang seharusnya dipertanggungjawabkan bersama.
Baca juga: Ini Alasan Kenapa Manusia Sering Menyalahkan Takdir
Teman yang toxic juga cenderung melakukan guilt trip sehingga kita terus-menerus merasa bersalah pada mereka.
Akibatnya, kita merasa harus menebus hutang tersebut dengan memenuhi permintaan atau keinginan mereka.
Kita enggan curhat pada mereka, khawatir tidak bisa menyimpan rahasia atau perasaan dikhiniati lainnya.
Hal ini mengindikasikan jika kita sebenarnya menyadari ada yang salah dalam hubungan persahabatan ini.
Manipulasi dalam pertemanan toxic bisa sangat halus sehingga luput disadari seperti membangun rasa bersalah, perilaku pasif-agresif, dan gaslighting.
"Manipulasi mencakup perilaku apa pun ketika seseorang mencoba menipu Anda untuk berperilaku dengan cara tertentu," ujar ahli terapi dan hubungan Ann Barham, MFT.
Baca juga: 5 Karakter Orangtua yang Toxic, Suka Manipulatif dan Egois
Intimidasi tidak hanya berupa kekerasan fisik namun juga mental dan emosional.