Bahkan jika agorafobia cukup parah, penderitanya bisa tidak mau meninggalkan rumah, mengunjungi keluarga dan teman, pergi ke sekolah atau bekerja, dan melakukan aktivitas sehari-hari lainnya.
Jantz pun menambahkan, mereka yang mengalami kondisi ini juga kerap berpikir kalau ketakutannya hanya ada dalam bayangan saja, membuat rasa malu pun timbul.
“Namun meskipun ketakutan itu tidak ada hubungannya dengan kenyataan, bukan berarti kecemasan itu tidak nyata,. Tubuh kita bereaksi terhadap hal-hal fisiologis yang terjadi,” ujar Jantz, sebagaimana dikutip dari Healthline.
Baca juga: 7 Pengakuan Mengejutkan Pangeran Harry dan Meghan Markle di Dokumenter Netflix
Dilansir dari Healthline, hingga kini para peneliti masih mencoba mencari tahu penyebab seseoprang dapat menderita agoraphobia, meski diyakini genetika dan keturunan bisa menjadi penyebabnya.
Selain itu, beberapa faktor berikut bisa meningkatkan risiko agoraphobia:
Lalu, Jantz pun menduga bahwa kemungkinan ada peningkatan agorafobia pasca-Covid, yang memaksa semua orang untuk berdiam diri di rumah.
Apalagi menurut WHO, Covid-19 memicu peningkatan kecemasan dan depresi sebesar 25 persen di seluruh belahan dunia.
Kendati demikian, masih belum jelas apakah ada peningkatan agorafobia saat Covid-19, karena menghindari ruang publik mungkin merupakan respons alami untuk mencegah diri tertular virus.
Menurut Jantz, penting bagi kita untuk menentukan apa ada hal lain yang mengakibatkan rasa kecemasan sebelum memutuskan untuk berobat.
Pengobatan untuk agarofobia sendiri biasanya melibatkan terapi bicara, seperti cognitive behavioral therapy (CBT) atau dialectical behavioral therapy (DBT).
Terapi ini akan membantu penderitanya memahami apa yang membuat dirinya mengalami panic attack, dan memberi cara agar mereka bisa mengatasinya.
Lalu bagi penderita agoraphobia yang tidak ingin meninggalkan tempat tinggalnya, beberapa terapis menawarkan sesi terapi via video atau telepon.
Selain itu, pengobatan dengan pemberian obat seperti antidepresan atau obat anti kecemasan pun bisa dilakukan.
Baca juga: 8 Pengakuan Pangeran Harry tentang Kate Middleton di Memoarnya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.