Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Giokniwati
Trainer, Coach, Consultant. Founder of Elevasi Performa Insani (elevasi.id)

Perempuan yang memiliki kegairahan dalam mengelevasi sumber daya manusia sehingga lebih berdaya, berkinerja unggul, dan memiliki makna. Seorang pengamat kehidupan yang memetik buah inspirasi untuk dibagikan kepada orang lain melalui tulisan maupun sesi bicara.

Setelah Vonis Dijatuhkan: Terus Terbanting atau Bangkit Melenting?

Kompas.com - 18/01/2023, 12:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Frankl menemukan ada tiga kemungkinan sumber makna hidup, yaitu melakukan sesuatu yang penting, memedulikan orang lain, dan membangun keberanian di saat-saat sulit.

Siksaan holocaust Hitler yang diterimanya sejatinya tidak memiliki makna, manusialah yang memberi makna dan pilihlah makna yang lebih memberdayakan.

Setelah vonis dijatuhkan, lalu… Melentinglah!

Bounching, melenting, analogi yang sering digunakan untuk menunjukkan bahwa walaupun posisi sedang jatuh—di bawah, namun seperti bola mampu mengangkat dirinya kembali, bounching back.

Martin Seligman, seorang psikolog Amerika yang mempelajari tentang pesimisme dan optimisme. Berikut kesimpulannya.

Dalam sebuah kondisi menerima vonis, seringkali orang akan berpikir 3P, yaitu.

  • Personalization (personalisasi). Menganggap bahkan masalah ini berpusat pada diri sendiri, menyalahkan diri sendiri berlebihan, menihilkan nilai diri sehingga tidak akan mampu membangun efikasi diri untuk bangkit.
  • Permanence (permanen). Situasi buruk ini akan berlangsung selamanya. Tidak ada harapan, badai ini akan terus melanda.
  • Pervasiveness (pervasif). Masalah ini akan terus menular dan memberi dampak buruk ke aspek-aspek lain bahkan semua aspek hidup.

Ketiga P di atas berdampak pada kondisi tanpa harapan, tak mungkin tertolong lagi (helplessness), pesimisme. Vonis akan terus menyusutkan diri dan menelan energi untuk bangkit.

Bagaimana mengatasi 3P di atas adalah dengan 3T, yaitu There-Then-That. Mari gunakan contoh vonis kehilangan pekerjaan di atas.

  • There (Di sana, eksternal). Ada kontribusi eksternal, sebuah sistem, bukan melulu tentang buruknya saya. Ini bukan tentang menyalahkan orang lain dan melepas tanggung jawab, tapi dalam rangka tidak membenamkan diri dalam rasa bersalah yang parah. “Oh, perusahaan ini memang sedang berjuang, kompetisi kian ketat dan butuh penyesuaian jumlah karyawan.” Atau dapat juga fakta bahwa “Kompetensi saya tidak memenuhi kebutuhan perusahaan saat ini karena perubahan yang cepat.”
  • Then (Kemudian, sementara waktu). Keadaan ini terjadi saat ini, ada potensi perubahan dan hal lebih baik di masa depan. “Saya akan menemukan pekerjaan lain segera.”
  • That (Spesifik). Kondisi buruk ini terjadi pada konteks tertentu ini saja. “Masalah ini terkait pekerjaan, bukan berarti aspek lain akan memburuk. Jika ada dampak, akan dapat dikelola dan dikendalikan.”

Setiap kita akan bertemu dengan vonis masing-masing. Saat itu terjadi, pastikan kita masih mampu melanjutkan hidup, bahkan dengan lebih baik.

Asah kemampuan melenting, agar kita bangkit dari posisi terbanting.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com