Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rage-Applying, Tren Karier Baru di Kalangan Gen Z

Kompas.com - 20/01/2023, 14:45 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Merasa tidak dihargai di kantor, pangkat tak kunjung naik dan kurangnya kompensasi menginspirasi tren karier baru di kalangan gen Z.

Tren rage-applying dalam pekerjaan yang viral di platform TikTok disebut-sebut sebagai cara bagus untuk membalas dendam ke perusahaan yang kejam.

Caranya, yaitu agresif mengirimkan resume ke beberapa perusahaan untuk mencari pekerjaan baru dan kenaikan gaji besar dengan cepat.

Tren ini awalnya dibagikan oleh akun TikTok bernama Redweez melalui sebuah video di awal Desember.

@redweez Keep rage applying when youre mad ???????? that energy will push you to greater horizons than the job youre stuck in! #work #milennial #worklife ? The Sign - Ace of Base

"Ini adalah tanda kamu untuk melamar pekerjaan secara agresif," sebut Redweez di awal video.

"Saya marah di tempat kerja, dan saya rage-applying sekitar 15 pekerjaan. Lalu saya mendapat pekerjaan yang memberi saya kenaikan gaji 25.000 dollar AS."

"Perusahaan itu adalah tempat yang bagus untuk bekerja. Jadi teruslah rage-applying. Itu akan berhasil."

Redweez mendeskripsikan dirinya sebagai milenial asal Kanada dengan gangguan pemusatan perhatian atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) yang bekerja di corporate social media marketing.

Jumlah pengikut akun Redweez di TikTok terbilang kecil, hanya 1.668 pengikut.

Namun, sebuah video sederhana wanita itu yang menjelaskan rage-applying sudah ditonton hampir dua juta kali hanya dalam waktu kurang dari sebulan.

"Teruslah rage-applying saat kita marah," tulis Red pada judul video.

"Energi itu akan mendorong kita ke cakrawala yang lebih besar daripada pekerjaan yang membuat kita terjebak!"

Apa itu rage-applying?

Pada dasarnya, rage-applying adalah melamar ke banyak pekerjaan saat kita merasa kesal dengan pekerjaan saat ini.

Fenomena itu terlihat di antara pekerja yang merasa lelah dan kurang dihargai.

Sebagian warganet berkomentar pada unggahan video Redweez, dan membagikan kisah sukses penerapan rage-applying mereka sendiri yang menghasilkan kenaikan gaji signifikan.

"Rage-applied, kemudian bernegosiasi dalam kemarahan, dan menggandakan gaji saya dengan pekerjaan baru," tulis pengguna TikTok bernama Ana.

"Saya rage-applied ke banyak pekerjaan alih-alih menyiksa rekan kerja saya, saya mendapatkan kenaikan gaji 30.000 dollar AS, dan perusahaan itu adalah tempat yang sangat hangat," tulis Heather, pengguna TikTok lain.

Bahkan, ada satu pengguna TikTok yang melakukan rage-applying setelah tidak dipromosikan meskipun ia memiliki masa kerja paling lama di kantor.

"Satu bulan kemudian, saya pergi dan menghasilkan 15.000 dollar AS lebih banyak dengan jam kerja lebih sedikit."

Bukan konsep yang baru

Meski video Redweez menjadi viral dan dibanjiri komentar di TikTok, mencari peran lain saat frustrasi bekerja di tempat yang sekarang bukanlah konsep yang baru.

Dalam survei April 2022, sekitar 52 persen karyawan platform Lattice yang sudah bekerja selama tiga bulan atau kurang mengaku jika mereka berusaha untuk keluar.

Bagi mereka yang sudah bekerja selama 3-6 bulan, angka itu melonjak menjadi 59 persen.

Hampir tiga perempat (74 persen) dari 2.000 responden mengatakan mereka akan meninggalkan peran mereka saat ini dalam waktu 6-12 bulan ke depan.

"Di pasar kerja yang begitu aktif, pekerja baru menyadari bahwa tidak perlu bertahan selama 12-18 bulan dalam pekerjaan yang tidak memenuhi kebutuhan atau harapan mereka," kata Dave Carhart, wakil presiden Lattice.

Kecenderungan untuk melamar kerja secara agresif cenderung terjadi pada milenial dan gen Z.

Dalam survei tahun 2022 dari The Muse, hanya 23 persen baby boomer, 33 persen generasi X, dan 41 persen milenial tua (35-44 tahun) yang mengaku terus mencari pekerjaan.

Di sisi lain, tiga dari lima gen Z terus mencari pekerjaan, bersama 59 persen generasi milenial yang lebih muda.

"Individu perlu khawatir terlihat seperti pencari kerja ketika mereka memiliki pola meninggalkan pekerjaan dengan cepat," kata Alison Green, pakar perekrutan dan manajemen di Ask a Manager.

"Tetapi ada begitu banyak hal yang terjadi saat ini, sehingga calon pemberi kerja jauh lebih bersedia mengabaikan masa kerja singkat calon karyawan daripada sebelumnya."

Di tengah resesi yang membayangi, para pekerja masih berhenti, berencana untuk berhenti, atau mencari pekerjaan baru di tahun ini.

Seperti dilaporkan Fortune, hampir setengah dari pekerja menginginkan kenaikan gaji atau promosi tahun ini.

Maka, tidak heran jika karyawan melakukan rage-applying untuk mendapatkan gaji yang sesuai.

"Kita harus mendaftar pekerjaan baru setidaknya setiap dua tahun sekali, meskipun kita senang bekerja di tempat sekarang," tulis seorang pengguna TikTok.

"Perlakukan pekerjaan kita seperti hal lain di pasar, seperti asuransi mobil atau rumah."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com