Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pendiri SukkhaCitta, Berdayakan Perajin dan Pelestari Lingkungan

Kompas.com - 23/01/2023, 06:05 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Keberlanjutan lingkungan atau sustainability masih menjadi tantangan yang kerap dihadapi para pelaku di industri fesyen.

Industri ini dikatakan menyumbang emisi karbon dan limbah yang berpotensi mencemari serta merusak lingkungan.

Hal itu mencakup proses produksi, distribusi, produk yang dihasilkan, limbah berupa cairan, sisa pakaian hingga pewarnaan kimia.

Belum lagi soal perilaku konsumtif dari konsumen dan perkembangan tren fesyen yang mendorong hadirnya produk baru yang lebih masif.

Jumlah pakaian tidak terpakai juga menjadi lebih banyak, berakhir di tempat pembuangan begitu saja sehingga limbah tekstil menumpuk dan merusak ekosistem.

Menyadari dampak industri fesyen yang mengkhawatirkan, SukkhaCitta, brand lokal yang fokus di industri mode membangun lini bisnisnya untuk lebih berdaya dan melestarikan lingkungan dari hulu sampai hilir.

Mereka melakukan perbaikan ekonomi kepada para wanita, perajin dan petani di desa-desa yang ada di Indonesia dengan menghasilkan kain, batik, dan tenun berkualitas.

Brand lokal yang baru saja menghadirkan gerai pertamanya di Ashta, Jakarta Selatan ini terus berupaya untuk menjadi jembatan antara konsumen dan pengrajin serta petani di desa untuk bisa meningkatkan taraf kehidupannya.

"Kini lebih dari 1.500 kehidupan juga turut merasakan dampaknya," demikian kata Denica Riadini-Flesch, founder dan CEO SukkhaCitta, belum lama ini di Jakarta.

Sebagai salah satu pelopor perusahaan sosial yang menggunakan mode untuk menciptakan perubahan signifikan, SukkhaCitta secara konsisten berupaya menciptakan dampak positif kepada manusia dan bumi.

Salah satu upaya nyatanya adalah melalui perolehan sertifikasi B Corp dari organisasi nirlaba B Lab serta Ethically Handcrated dari organisasi nirlaba NEST pada tahun 2022 lalu.

Sertifikasi B Corp diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang memiliki standar tertinggi dan kekuatan untuk mendorong perubahan positif dalam bidang sosial dan lingkungan.

Misi tersebut dijangkau dengan menerapkan transparansi publik, akuntabilitas hukum, serta memiliki tanggung jawab dalam menyeimbangkan tujuan sosial dan laba.

Dalam peraihan sertifikasi B Corp, SukkhaCitta mencatat skor signifikan yaitu 95.3, dari skor pada umumnya senilai 50.9.

Selain itu, SukkhaCitta juga turut mendapatkan penghargaan B Corp Best for the World kategori komunitas dengan skor 5 persen teratas dari kategori komunitas.

Nilai-nilai SukkhaCitta dalam melestarikan alam dan tradisi melalui pilihan materi yang ramah lingkungan dan dibuat dengan tangan dengan memerhatikan standar yang layak bagi perajin serta lingkungan atau ethically handcrated.

Standar inilah yang membawa SukkhaCitta untuk mendapatkan sertifikasi Ethically Handcrated dari lembaga non-profit bernama Nest di akhir tahun 2022.

"Kami ingin menunjukkan, praktik pada industri fesyen yang berbeda itu sangat memungkinkan, perubahan yang menciptakan peluang bagi perempuan perajin dan petani di tempat mereka berada sambil merawat alam di saat yang bersamaan," tutur Denica.

Pencapaian itu sekaligus menjadikan SukkhaCitta sebagai brand fesyen pertama di Indonesia yang menerima predikat bagi perusahaan yang terbukti menjalankan usaha secara etis, baik pada pekerja, lingkungan hingga komunitas di sekitarnya.

Baca juga: Mengenal Slow Fashion, Mode Berkelanjutan demi Kelestarian Bumi 

Upaya pelestarian lingkungan dari hulu ke hilir

Denica Riadini-Flesch, founder dan CEO SukkhaCittaKOMPAS.COM / DINNO BASKORO Denica Riadini-Flesch, founder dan CEO SukkhaCitta

Sejak didirikan pada tahun 2016, SukkhaCitta secara konsisten mengutamakan praktik kerja yang sehat bagi para perajin dan petani, untuk mendapatkan upah yang layak serta merawat bumi melalui regenerative farming.

Dimulai dari tiga Ibu-Ibu di desa, kini sudah ada 1.500 perajin dan petani dari Jawa, Bali, sampai Nusa Tenggara Timur yang terus diberikan edukasi mengenai bisnis, pengetahuan serta mengandalkan material alam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com