Sejak didirikan pada tahun 2016, SukkhaCitta secara konsisten mengutamakan praktik kerja yang sehat bagi para perajin dan petani, untuk mendapatkan upah yang layak serta merawat bumi melalui regenerative farming.
Dimulai dari tiga Ibu-Ibu di desa, kini sudah ada 1.500 perajin dan petani dari Jawa, Bali, sampai Nusa Tenggara Timur yang terus diberikan edukasi mengenai bisnis, pengetahuan serta mengandalkan material alam.
Berpegang pula pada konsep farm-to-closet, SukkhaCitta memproduksi pakaian yang secara keseluruhan diproduksi sendiri dari awal hingga produk fashion jadi dan siap dijual.
Dia dan timnya memberdayakan para petani kapas dan perajin di desa mungkin yang selama ini kurang mendapatkan perhatian.
"Di beberapa desa kami mengembangkan produksi kapas sendiri, yang kemudian dan diolah menjadi kain sampai menjadi busana," lanjut Denica.
SukkhaCitta menanam kapas sendiri dengan menggunakan metode tumpang sari, sebuah metode dengan kearifan lokal yang alami agar terhindar dari hama tanpa menggunakan pestisida.
"Jadi para petani dalam satu lahan tak cuma menanam kapas, tapi beberapa tanaman lainnya yang bermanfaat."
"Seperti cabai, jagung, kacang hijau, labu, kopi dan lain sebagainya," kata Denica.
Dengan metode ini, secara tidak langsung sejumlah tanaman lain tersebut dapat dimanfaatkan para petani sekaligus menjadi tanaman pengusir hama.
Kapas yang ditanam itupun kemudian menghasilkan kain, yang setelahnya dijadikan pakaian untuk dikenakan dan 100 persen dapat ditelusuri asalnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.