Material pembuatan kain yang semuanya berasal dari juga meminimalisasi jejak karbon, meminimalisasi distribusi melalui kendaraan.
Semua bahan yang digunakan itu natural dan biodegradable termasuk pada pewarnaan alami dari tanaman seperti sweet indigo, golden terminalia, mahogani, secang, hingga pelepah pisang.
“Saya keliling ke desa-desa mencari resep nenek moyang bagaimana dulu mewarnai pakaian pakai apa."
"Berangkat dari situ terus mencari tanamannya, ketika tanamannya sudah tidak ada maka kita tanam kembali."
"Kemudian di sini kita mulai memasukkan petani di dalam rantai pasok kita. Produk menggunakan pewarnaan alami,” jelas Denica.
Sejak didirikan enam tahun lalu, kini semua para petani dan perajin menerapkan proses pembuatan item fesyen yang meminimalisasi limbah.
SukkhaCitta juga menerapkan metode jahit upcycling untuk mengurangi limbah tekstil yang tidak terpakai.
Sisa dari kain besar yang sudah dirancang menjadi baju semuanya dikumpulkan.
Untuk sisa kain yang besar akan disortir lagi yang nantinya akan dijadikan busana yang baru.
Sedangkan pada sisa kain berukuran kecil, semuanya masih bisa dipakai untuk dijadikan aksen pakaian, ditumbuk dan dicacah lagi untuk dijadikan tag baju atau barang lain yang memiliki nilai lebih.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.