"Asam amino esensial ini dominan didapat dari sumber protein hewani. Mudahnya, asam amino esensial lebih mudah dicerna oleh tubuh," kata dr. Marya.
Protein hewani membantu mengoptimalkan tumbuh kembang anak secara keseluruhan yang tidak cuma fisik, tapi juga perkembangan otak.
Beberapa contoh asupan protein hewani adalah putih telur, ikan, ayam, daging merah, hingga susu.
Sedangkan pada anak dengan kondisi tertentu seperti alergi, atau laktosa intolerant dan lain sebagainya yang tidak bisa mengonsumsi protein hewani, pemenuhan protein dari sumber nabati dapat dipertimbangkan.
Sejumlah asupan protein nabati di antaranya bisa didapat dari tahu, tempe, maupun kacang-kacangan.
"Intinya semua sumber protein bermanfaat baik bagi tubuh manusia. Memang ada perbedaan antara protein hewani dan nabati."
"Khusus bagi yang hanya bisa mengonsumsi sumber nabati, sebaiknya harus konsultasi khusus ke dokter supaya terhindar dari risiko defisiensi nutrisi dan penyakit lainnya," papar dr. Marya.
Dengan mencukupi asupan protein di 1.000 hari kehidupan pertama, anak dapat terhindar dari masalah stunting.
Artinya anak dapat terhindar dari gangguan pertumbuhan tinggi badan, perkembangan otak sampai kemampuan kognitifnya sampai ia tumbuh dewasa.
Baca juga: Cegah Stunting, Calon Pengantin Penting Perhatikan Usia, Gaya Hidup, dan Kebutuhan Asam Folat
Stunting juga dapat disebabkan oleh banyak hal, yang tak cuma kecukupan gizi, tapi juga keharmonisan rumah tangga.
Kata dokter Marya, faktor yang satu ini dapat memberikan dampak tidak langsung.
Alasannya adalah hubungan orang tua yang tidak harmonis cenderung mengalami stres sehingga akhirnya berdampak pada pola asuh dan pola makan anak.
Hal inilah yang kemudian mendorong terjadinya stunting pada anak-anak mereka.
"Keharmonisan suami istri bisa tingkatkan risiko stunting, iya, tetapi tidak secara langsung."