Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keputihan Bisa Tandakan Kondisi Kesehatan, Kenali Ciri-cirinya

Kompas.com - 31/01/2023, 14:53 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Jika diobati secara dini, kecil kemungkinannya untuk menyebabkan komplikasi.

Namun, apabila tidak diobati, penyakit ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya dan bisa lebih berbahaya.

Pada wanita, penyakit ini dapat menyebar ke organ reproduksi dan menyebabkan penyakit radang panggul yang membuat nyeri panggul jangka panjang dan bahkan kemandulan.

Sementara pada wanita hamil, hal ini juga meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, dan bayi lahir dengan konjungtivitis yang dapat menyebabkan kerusakan penglihatan.

Baca juga: 6 Tanda Awal Menopause, Salah Satunya Perubahan pada Keputihan

Oleh sebab itu, penting untuk segera memeriksakan diri jika kita melihat perubahan pada keputihan.

2. Keputihan berwarna abu-abu

Jika keputihan berwarna keabu-abuan, hal ini menandakan salah satu penyebab paling umum dari perubahan keputihan pada wanita.

Keputihan berwarna putih atau abu-abu merupakan tanda umum dari vaginosis bakterialis (BV).

Hal ini terjadi ketika bakteri di dalam vagina menjadi terganggu.

Biasanya tidak disertai rasa gatal atau nyeri, tetapi dapat menimbulkan bau amis yang menyengat.

Natika mengungkapkan, satu dari tiga wanita akan mengalaminya pada suatu waktu.

"Ini bukan infeksi menular seksual tetapi dapat berkembang setelah kita berhubungan seks.

"Sekitar setengah dari wanita yang menderita BV tidak akan menyadari adanya tanda dan gejala.

"Sebagian lainnya mungkin akan menyadari adanya perubahan pada keputihan yang biasanya mereka alami, yang dapat meningkat, seperti encer, berubah menjadi warna putih atau abu-abu, hingga menimbulkan bau amis yang menyengat, terutama setelah berhubungan seks," jelasnya.

3. Keputihan berbau tidak sedap atau tidak biasa

Keputihan yang berbau tidak sedap dapat merupakan tanda dari beberapa kondisi, bukan hanya BV.

"Bau yang hanya dapat digambarkan sebagai busuk atau sangat tidak menyenangkan akan muncul jika kita meninggalkan tampon di dalam terlalu lama," kata Dr Ayanthi Gunasekera dari London Gynecology.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com