KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi kesehatan yang lebih berbahaya, termasuk serangan jantung dan stroke.
Diketahui, gaya hidup tidak sehat seperti jarang berolahraga, pola makan tinggi garam dan lemak, serta kebiasaan merokok berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi.
Tidak sekadar itu, studi menemukan bahwa sering mengalami dehidrasi juga meningkatkan risiko hipertensi.
Baca juga: 10 Kiat Menurunkan Tekanan Darah dengan Lebih Optimal
Ketika keseimbangan tubuh terganggu akibat kekurangan cairan, tubuh memiliki mekanisme untuk menstabilkan diri. Tahapannya sebagai berikut:
Bagaimana bisa dehidrasi memicu hipertensi jika perubahan tekanan darah bersifat sementara dan dapat ditangani dengan memenuhi kebutuhan cairan?
Para peneliti mengamati efek jangka panjang dari episode dehidrasi ringan mencakup peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe 2, demensia, penyakit ginjal kronis, dan penyakit radang usus.
Namun, beberapa data menunjukkan, sering dehidrasi berdampak pada sistem kardiovaskular, termasuk hipertensi.
Menurut American Heart Association (AHA), ada dua kategori hipertensi, yaitu hipertensi tahap 1 dan tahap 2.
Seseorang dikatakan mengidap hipertensi tahap 1 jika tekanan darahnya secara teratur berkisar antara 130-139/80-89 mmHg.
Sedangkan, hipertensi tahap 2 terjadi ketika tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih tinggi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.