Terapi ini dapat membantu penderita mengenali gejala serta mengendalikan reaksi mereka terhadapnya. Biasanya, jika penderita tak mengalami kondisi psikotik yang parah, terapi ini bisa dilakukan sembari rawat jalan.
Pasalnya, CBT menawarkan penderitanya untuk mendiskusikan kemungkinan alternatif tentang ketidakpercayaan mereka. Jika perlu, terapi ini juga akan dibarengi dengan obat-obatan.
Obat antipsikotik dapat mengurangi delusi dan halusinasi jika terapi masih tak kunjung menunjukkan kemajuan. Obat ini bekerja dengan menghalangi efek neurotransmitter dopamin di otak. Nantinya, ia akan membantu penderita agar mampu membedakan hal yang nyata dan tidak.
Opsi terakhir dilakukan jika penderitanya mengalami episode psikotik parah yang dapat melukai diri sendiri dan/atau orang lain. Selain itu, halusinasi yang disebabkan penyalahgunaan zat narkotika juga wajib dilakukan rehabilitasi. Sebab, kondisi ini tak bisa hilang dalam jangka waktu yang sebentar.
Dibutuhkan bantuan profesional untuk merawat dan mengevaluasi kondisi mereka yang disebabkan oleh kecanduan.
Lantas, bagaimana perbedaan halusinasi, delusi, dan ilusi menurut dr. Dharmawan? Dengarkan jawaban lengkapnya melalui siniar Anyaman Jiwa episode “Ilusi, Delusi, dan Halusinasi. Bedanya Apa?” dengan tautan bit.ly/AnyJiwIlusi.
Akses sekarang juga playlist YouTube Medio by KG Media untuk mendapat informasi lebih banyak seputar kesehatan mental yang bisa menunjang kehidupan sosial, karier, hingga romansamu. Tunggu apalagi? Yuk, ikuti siniarnya sekarang juga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.