Kedua adalah delusi terhadap pasangan melakukan hal-hal buruk. Biasanya, orang yang memiliki gejala delusi ini merupakan korban perselingkuhan. Mereka pun jadi lebih sensitif sehingga mudah mencurigai pasangannya.
Ketiga, yaitu delusi erotomania yang percaya bahwa orang penting (misalnya, artis) jatuh cinta padanya. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa mengacu pada perilaku menguntit.
Baca juga: Cara Mengatur Emosi agar Tidak Meledak Berlebihan
Keempat adalah delusi somatik. Orang-orang dengan kondisi delusi ini percaya bahwa seseorang menderita kondisi medis yang tidak dialami. Kelima adalah delusi penganiayaan yang merupakan jenis paling umum. Delusi ini membuat penderitanya bersifat paranoid karena takut ada yang menyakitinya.
Keduanya pun kerap diderita oleh penderita skizofrenia, namun lebih dominan halusinasi. Pasalnya, penderita rentan mengalami gejala psikotik, seperti kehilangan kuasa diri dengan kenyataan. Jadi, ada kemungkinan mereka mungkin tidak tahu mana yang nyata dan mana yang tidak.
Pengobatan delusi atau halusinasi akan sangat bergantung pada kondisi para penderitanya. Mengutip Very Well Mind, ada beberapa alternatif pengobatan yang bisa dilakukan.
Terapi ini dapat membantu penderita mengenali gejala serta mengendalikan reaksi mereka terhadapnya. Biasanya, jika penderita tak mengalami kondisi psikotik yang parah, terapi ini bisa dilakukan sembari rawat jalan.
Pasalnya, CBT menawarkan penderitanya untuk mendiskusikan kemungkinan alternatif tentang ketidakpercayaan mereka. Jika perlu, terapi ini juga akan dibarengi dengan obat-obatan.
Obat antipsikotik dapat mengurangi delusi dan halusinasi jika terapi masih tak kunjung menunjukkan kemajuan. Obat ini bekerja dengan menghalangi efek neurotransmitter dopamin di otak. Nantinya, ia akan membantu penderita agar mampu membedakan hal yang nyata dan tidak.
Opsi terakhir dilakukan jika penderitanya mengalami episode psikotik parah yang dapat melukai diri sendiri dan/atau orang lain. Selain itu, halusinasi yang disebabkan penyalahgunaan zat narkotika juga wajib dilakukan rehabilitasi. Sebab, kondisi ini tak bisa hilang dalam jangka waktu yang sebentar.
Dibutuhkan bantuan profesional untuk merawat dan mengevaluasi kondisi mereka yang disebabkan oleh kecanduan.
Lantas, bagaimana perbedaan halusinasi, delusi, dan ilusi menurut dr. Dharmawan? Dengarkan jawaban lengkapnya melalui siniar Anyaman Jiwa episode “Ilusi, Delusi, dan Halusinasi. Bedanya Apa?” dengan tautan bit.ly/AnyJiwIlusi.
Akses sekarang juga playlist YouTube Medio by KG Media untuk mendapat informasi lebih banyak seputar kesehatan mental yang bisa menunjang kehidupan sosial, karier, hingga romansamu. Tunggu apalagi? Yuk, ikuti siniarnya sekarang juga.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.