Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion
KOMPAS.com - Di tengah derasnya gempuran zaman modern, terkadang kita merasa tertinggal karena banyaknya informasi yang harus diterima dan instruksi yang wajib dilakukan. Alhasil, tekanan dan beban tersebut membuat kondisi tubuh dan pikiran tak lagi sejalan.
Tanpa disadari kita mungkin jatuh ke rutinitas yang terasa sama. Pendek kata, kita hanya menjalani tanpa merasakan emosi di dalamnya. Kondisi ini umum dirasakan orang-orang dengan kehidupan monoton dan tak memiliki tujuan.
Ternyata, kondisi ini dikenal sebagai hidup dengan mode autopilot. Dalam siniar Obsesif bertajuk “Saat Hidup Terasa Autopilot, Harus Bagaimana?” dengan tautan akses bit.ly/ObsesifS8E1, dijelaskan salah satu mode ini ditandai dengan selalu lupa dengan aktivitas yang dilakukan.
Otak berperan penting untuk mengambil suatu keputusan. Organ yang menjadi kunci kehidupan kita ini mampu mengarahkan saat menghadapi suatu masalah. Namun, kehidupan modern yang bergulir dengan cepat mampu menghambat kinerja. Hal inilah yang menyebabkan hidup seseorang berada dalam mode autopilot.
Baca juga: Menilik Masa Depan Teknologi Digital di Indonesia, Sudah Siapkah?
Mode autopilot ini pun dapat dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental, seperti depresi hingga gangguan kecemasan. Bahkan, hal ini juga bisa menjadi tanda bahwa kita merasa lelah atau tidak dapat mengatasi stres dengan baik.
Menurut Psychology Today, sembilan puluh enam persen orang di Inggris mengaku menjalani hidup dengan autopilot. Khususnya dalam menentukan suatu keputusan sehingga setiap hari akan terasa sama karena hanya telah terprediksi. Kondisi ini pun sempat dikategorikan sebagai epidemi.
Masih dalam sumber yang sama, mode ini ternyata kerap kita rasakan di kehidupan sehari-hari, khususnya di rumah. Misalnya, baju yang ingin dikenakan, masakan yang ingin dimakan, hingga acara yang ingin ditonton.
Bahkan, penelitian dalam News Scientist, autopilot bisa berguna untuk memecahkan suatu masalah. Hal ini pun memungkinkan kita melakukan tugas secara wajar tanpa terlalu memikirkannya. Namun, mode ini bisa jadi berbahaya jika sering dirasakan dalam kehidupan sosial kita.
Mengenali tanda-tanda perlu dilakukan agar kita bisa mendapatkan penanganan yang tepat. Itu sebabnya, kita perlu mengenali tanda-tanda jika merasa hidup berada dalam mode autopilot. Berikut adalah tanda-tandanya.
Pertama, yaitu rutinitas atau kegiatan kita dapat diprediksi. Aktivitas yang berulang itu pun membuat kita melakukannya tanpa berpikir. Bahkan, tak ada gairah untuk mengubah atau membatalkannya. Namun, setelah kegiatan berakhir, kita tak merasakan apa-apa.
Baca juga: Cara Mengatur Emosi agar Tidak Meledak Berlebihan
Kedua adalah menyenangkan orang lain. Hidup kita seperti diatur oleh orang lain, termasuk menentukan pilihan. Ini terjadi karena kita tak memiliki kekuatan untuk menolaknya. Ketiga, yaitu aktif secara berlebihan sehingga tak ada waktu untuk istirahat.
Keempat adalah merasa waktu cepat berlalu. Hal ini ditandai dengan tak ada sesuatu yang bisa diingat dalam melakukannya. Kelima adalah emosi negatif lebih mendominasi hidup kita sehingga jadi lebih sensitif.
Mengutip I Don’t Mind, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi hidup yang berada dalam mode autopilot.
Terus bergerak maju adalah pikiran yang keliru jika kita berada dalam mode autopilot. Pasalnya, terus bergerak justru membuat setiap kegiatan menjadi semakin tak bermakna. Itu sebabnya, pilihlah jalan sebaliknya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.