KOMPAS.com - Botox dianggap sebagai perawatan andalan untuk menghilangkan kerutan wajah agar tetap awet muda.
Metode ini tergolong amat populer dan bisa didapatkan di banyak klinik kecantikan dengan harga bervariasi.
Botox juga dianggap aman meskipun tetap memiliki risiko efek samping seperti nyeri, bengkak atau memar di tempat suntikan, sakit kepala, gejala mirip flu, dan mata kering atau keluar air mata berlebihan.
Baca juga: Selain Menghilangkan Kerutan, Botox Membantu Menurunkan Risiko Depresi
Oleh sebab itu, penting untuk melakukan treatment ini di bawah ahlinya agar tidak memicu komplikasi.
Botox dilakukan dengan suntikan berupa toksin botulinum untuk melumpuhkan aktivitas otot sementara.
Suntikan toksin botulinum memblokir sinyal kimia tertentu dari saraf, umumnya sinyal yang menyebabkan otot berkontraksi.
Hal ini untuk sementara melemaskan otot-otot wajah yang menyebabkan kerutan, termasuk di dahi.
Baca juga: Ingin Suntik Botox dan Filler, Berapa Dana yang Harus Disiapkan?
Dokter akan menggunakan jarum tipis untuk menyuntikkan toksin botulinum dalam jumlah kecil ke kulit.
Jumlah suntikan botox yang diperlukan setiap orang berbeda, tergantung pada berbagai faktor termasuk luas area yang perlu dirawat.
Suntikan toksin botulinum biasanya mulai bekerja beberapa hari setelah perawatan.
Namun efeknya bertahan cukup lama meskipun suntikan lanjutan secara berkala sangat dianjurkan untuk mempertahankan hasilnya.
Tak hanya demi kecantikan, suntik botox juga bermanfaat untuk kondisi medis seperti kejang leher berulang, keringat berlebih, kandung kemih terlalu aktif, dan mencegah migrain kronis.
Baca juga: Brotox, Kala Pria Kepincut Botox demi Penampilan Awet Muda
Setelah usia tersebut, botox tidak akan memberikan hasil yang sama dibandingkan pengguna yang masih muda.
Namun orang yang lebih tua bisa memanfaatkan kombinasi botox dan filler yang disuntikkan ke wajah untuk mengurangi kerutan.
Baca juga: Pembesaran Penis dengan Filler, Ukuran Bertambah tapi Gagal Berfungsi