KOMPAS.com - Jahe adalah tanaman herbal yang masih berkerabat dengan kencur, kunyit, dan lengkuas.
Di Indonesia, tanaman herbal ini sering dimanfaatkan sebagai bumbu dapur hingga penyedap minuman tradisional seperti sekoteng, bandrek, atau bajigur.
Sebenarnya manfaat jahe bukan hanya menjadi bumbu dapur saja lho.
Tanaman herbal yang berasal dari Asia Tenggara ini sudah digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan sejak abad ke-9.
Ahli diet Candace O'Neill, RD, LDN, berbagi banyak manfaat kesehatan jahe untuk tubuh.
Jahe segar memiliki senyawa gingerol yang bersifat antioksidan dan mengurangi enzim inflamasi.
"Jahe bermanfaat untuk kondisi terkait peradangan dan meredakan nyeri, khususnya kram menstruasi dan masalah terkait artritis," kata O’Neill.
Dalam studi klinis, ditemukan potensi jahe untuk memperbaiki nyeri lutut yang terkait osteoartritis.
Jahe kering juga mengandung senyawa anti-peradangan, namun gingerol akan berubah bentuk saat dipanaskan menjadi senyawa lain yang membuat efektivitas jahe berkurang.
Menariknya, jahe disebut sebagai pereda nyeri jangka panjang, bukan pereda nyeri instan, kata O'Neill.
"Ketika minum obat pereda nyeri yang dijual bebas, obat itu membantu dalam sekejap."
"Namun para peneliti yang mempelajari efek jahe, menemukan efek tersebut bekerja lambat," sambungnya.
Baca juga: Jahe hingga Kunyit, Rempah-rempah yang Bisa Menurunkan Kolesterol
Gingerol juga berperan menjaga kadar gula darah tetap stabil. Kestabilan gula darah merupakan kunci untuk mengendalikan masalah kesehatan jangka panjang bagi penderita diabetes tipe 2.
"Jahe mengurangi enzim yang memecah karbohidrat sehingga membantu proses metabolisme glukosa," catat O'Neill.
Studi juga menemukan, jahe mendorong otot untuk menyerap glukosa, tanpa membuat kita mengonsumsi tambahan insulin.