Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makan Lebih Sedikit Kalori Ternyata Bisa Bikin Awet Muda

Kompas.com - 10/02/2023, 09:45 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Mengubah pola makan dengan mengonsumsi lebih sedikit kalori ternyata dapat membuat kita awet muda.

Hal itu diungkapkan oleh sebuah penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Aging.

Para peneliti, yang dipimpin oleh Butler Columbia Aging Center di Columbia University Mailman School of Public Health di New York, menggunakan analisis DNA dari sampel darah untuk mengukur tingkat penuaan dan melaporkan bahwa pembatasan kalori dapat memperlambat proses penuaan.

Partisipan penelitian ini terdiri dari 220 pria dan wanita sehat di tiga lokasi berbeda di Amerika Serikat.

Sebagian dari peserta diminta melanjutkan pola makan mereka yang biasa, sementara sebagian lagi diminta mengurangi 25 persen kalori yang dikonsumsi.

Para peneliti kemudian mengikuti pola makan dan kesehatan para peserta selama dua tahun dan mengambil sampel darah pada awal penelitian dan sekali lagi pada 12 bulan, lalu 24 bulan.

Baca juga: Membatasi Kalori Makanan, Diet Anti-Aging Terbaik?

Hasil penelitian

Para peneliti melaporkan adanya proses penuaan yang melambat berdasarkan tiga penanda DNA.

"Studi ini mengajarkan kita bahwa menjaga tubuh seseorang pada berat badan yang ramping membantu mengurangi perubahan molekuler pada tingkat sel yang terjadi sebagai respons terhadap penuaan."

Demikian penuturan seorang dokter di Delray Medical Center di West Palm Beach, Florida, Dr David Selzer, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Namun hidup bukanlah sebuah tabung reaksi. Orang menua karena berbagai alasan seperti stres dan kecemasan, bukan hanya karena pola makan."

"Tetapi saya setuju bahwa pembatasan kalori berperan pada tingkat molekuler," katanya seperti dikutip dari laman Healthline.

Selzer pum menambahkan, keseimbangan yang sehat antara asupan kalori dan olahraga setiap hari lebih mungkin mengarah pada umur yang lebih panjang.

Asupan rendah kalori dan penuaan yang sehat

Para peneliti saat ini sedang menyelesaikan studi lanjutan untuk melihat apakah pembatasan kalori memiliki efek jangka panjang pada penuaan yang sehat.

"Hasilnya masuk akal bagi saya," terang dokter spesialis penyakit dalam dan pengobatan fungsional di Kellman Wellness Center di New York, Dr Raphael Kellman.

"Namun, studi nutrisi sulit dilakukan, terutama dalam jangka panjang, karena orang secara alami mengalami kesulitan untuk mengikuti diet," ujar dia.

Kellman pun menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian seperti ini.

Pertama, jenis diet apa yang dilakukan oleh kelompok kontrol vs kelompok yang dibatasi kalori?

Jika kelompok kontrol makan berlebihan atau makan banyak makanan tidak sehat dan kelompok yang dibatasi kalori makan makanan yang lebih sehat, apakah hasilnya disebabkan oleh pembatasan kalori, atau karena makanan yang lebih sehat juga memiliki dampak positif?

Selain itu, sulit untuk mengetahui apakah orang benar-benar menjalankan diet, kecuali jika makanan mereka dikontrol dan dipantau secara ketat.

"Jelas, jika penelitian ini dilakukan selama dua tahun orang-orang menjalani kehidupan mereka, bagaimana kita tahu pasti bahwa mereka telah mengikuti diet mengurangi kalori 25 persen selama itu?"

"Menurut saya penelitian ini memiliki beberapa hasil yang menarik, tetapi kita masih membutuhkan penelitian lebih lanjut," tuturnya.

Baca juga: 5 Cara Memangkas Asupan Kalori Harian untuk Menurunkan Berat Badan

Cara makan dengan sehat

Seorang ahli nutrisi, Caroline Thomason, RD, CDCES, memberikan beberapa peringatan untuk diet pengurangan kalori.

Dia mengatakan bahwa pembatasan kalori jangka pendek bisa menguntungkan, namun pembatasan kalori jangka panjang membahayakan metabolisme, tingkat energi, dan kesehatan secara umum.

Menurut Thomason, ada beberapa orang yang tidak boleh mengalami defisit kalori secara sengaja atau dalam jangka waktu yang lama.

Itu termasuk orang-orang dengan gangguan makan, penderita osteopenia atau osteoporosis (khusus untuk populasi yang lebih tua), mereka yang memiliki berat badan kurang, dan orang-orang yang mencoba menambah berat badan.

"Secara umum, sangat penting untuk fokus pada berbagai jenis makanan dan keseimbangan yang sehat sebelum mengurangi kalori," terang Thomason.

"Fokuslah pada hal-hal mendasar terlebih dahulu, misalnya, mendapatkan satu porsi protein dalam setiap makanan, makan berbagai biji-bijian, buah-buahan dan sayuran, serta beberapa lemak sehat."

"Menerapkan perilaku sehat lainnya termasuk tidur yang cukup, aktif secara teratur, dan mengelola stres. Faktor-faktor ini juga penting untuk penuaan yang sehat," jelas dia.

Departemen Pertanian dan Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS bersama-sama menerbitkan pedoman diet yang menyarankan hal-hal berikut:

• Ikuti pola diet yang sehat.

• Sesuaikan pola makan berdasarkan preferensi, tradisi budaya, dan pertimbangan anggaran.

• Fokuslah pada makanan dan minuman yang padat nutrisi.

• Batasi makanan dengan tambahan gula, lemak jenuh, dan natrium yang tinggi, serta batasi minuman beralkohol.

"Yang terbaik adalah makan rendah karbohidrat dan meningkatkan protein untuk menjaga kekuatan otot dan berat badan pada tingkat yang ideal," kata Selzer.

"Seiring bertambahnya usia pasien, penting untuk menemukan jumlah asupan kalori yang tepat tergantung pada kemampuan olahraga dan gerakan mereka," ujar dia.

Sementara itu, Kellman menambahkan bahwa kita juga bisa memilih puasa intermiten.

"Hal ini relatif mudah dilakukan dan dapat membantu menurunkan berat badan, serta membantu pengaturan gula darah," ungkapnya.

"Ada penelitian yang juga menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat memberikan manfaat kesehatan lainnya seperti mendukung penuaan yang sehat," imbuh dia.

Baca juga: Mengenal Puasa Intermiten dan Manfaatnya untuk Kesehatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com