Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Tanda Bahaya untuk Segera Berhenti Kerja

Kompas.com - 13/02/2023, 11:12 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Banyak dari kita pasti pernah mengalami pengalaman ini. Bahagianya saat pertama kali diterima bekerja, dengan banyak hal baru dan beragam peluang di depan mata.

Hari-hari pun berlalu seperti lebih cepat. Kita dengan gembira menyelesaikan berbagai tugas, dan tetap antusias bertemu dengan rekan kerja dan juga para bos.

Suasana "bulan madu" semacam itu, memang selalu indah untuk dikenang. Tak sedikit pula yang bisa menjaga asa dan semangat hingga bertahun-tahun bekerja di perusahaan itu.

Baca juga: 13 Alasan Berhenti Kerja yang Baik Jika Ditanya Saat Wawancara

Namun tak jarang, semangat dan asas yang ada di masa awal pekerjaan berangur sirna dan berubaha menjadi kebosanan, kejenuhan, bahkan tekanan dan depresi.

Sebenarnya, ada sejumlah "tanda bahaya" yang bisa kita kenali, ketika perasaan semacam itu muncul, untuk menjadi dasar bagi kita menentukan langkah selanjutnya.

Berikut ini adalah tiga tanda yang wajib kita identifikasi, demi memastikan pekerjaan yang kita jalani tetap sejalan dengan tujuan profesional, nilai, dan cita-cita kita. 

1. Merasa tidak dihargai

Merasa tidak dihargai adalah tanda bahaya yang serius. Perasaan ini bisa datang dalam segala macam keadaan, namun sering kali kita merasa dihargai ketika kita didengar.

Christina Gnozzo, President dari Jab Media memberikan kesaksiannya.

Bertahun-tahun yang lalu, jauh sebelum pengembara digital menjadi standar industri, Gnozzo bekerja untuk sebuah perusahaan di pantai barat AS.

Suatu ketika, ada anggota keluarga Gnozzo di pantai timur yang sedang sekarat.

"Saya perlu pergi pergi ke sana dan bekerja dari rumah selama beberapa minggu untuk bersama keluarga saya."

Baca juga: Berhenti Kerja, Bantu Temukan Makna Baru dalam Hidup, Benarkah?

"Tanggapan personalia: 'Jika kamu berada dalam situasi di mana kamu tidak dapat berada di meja kerjamu, kami sarankan untuk mengambil cuti. Kami tidak dapat mengizinkan kamu untuk bekerja dari jarak jauh',” kenang Gnozzo.

"Bagi saya, jawaban ini merusak pengambilan keputusan saya sebagai bagian darimanajemen, sebagai orang yang mengetahui dan dapat menangani apa yang menjadi beban tugas, dan juga sebagai manusia."

"Bagaimana mungkin perusahaan ini secara membabi buta tidak mau mengubah pandangan mereka tentang kerja jarak jauh untuk saya dalam keadaan ini?"

"Apakah mereka tidak percaya bahwa saya akan bekerja? Bagaimana mereka bisa begitu tidak fleksibel?" cetus Gnozzo.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com