Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/02/2023, 14:06 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menjaga kuantitas dan kualitas tidur di malam hari sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.

Orang dewasa dianjurkan tidur antara 7-9 jam per malam. Namun, banyak yang tidak memenuhi durasi tidur ini.

Salah satu akibat kurang tidur yang perlu diwaspadai adalah penyakit darah tinggi atau hipertensi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 1,28 miliar orang berusia 30-79 tahun hidup dengan tekanan darah tinggi, dan lebih dari 700 juta di antaranya tidak mendapatkan penanganan untuk kondisi tersebut.

Ahli jantung Ashish Sarraju, MD membeberkan bagaimana kualitas dan kuantitas tidur dapat memengaruhi tekanan darah.

Baca juga: 4 Dampak Kurang Tidur yang Berbahaya bagi Tubuh

Kaitan antara tidur dan tekanan darah

Tidur merupakan bagian penting dari kesehatan jantung.

American Heart Association baru-baru ini menambahkan tidur berkualitas ke dalam daftar Life's Essential 8 sebagai cara untuk memperbaiki dan menjaga kesehatan jantung.

"Ada banyak literatur yang menunjukkan durasi tidur dan kualitas tidur yang buruk secara signifikan terkait dengan pengendalian tekanan darah yang buruk," kata Sarraju.

Kurang tidur menjadi satu dari sekian banyak faktor risiko yang berkontribusi terhadap hipertensi.

Beberapa faktor lain mencakup usia, pola makan, olahraga, kebiasaan merokok, dan riwayat keluarga individu.

Tidur memicu nocturnal dipping

Saat tidur, fenomena yang disebut "nocturnal dipping" dapat terjadi.

Sarraju mendeskripsikan nocturnal dipping sebagai kondisi di mana tekanan darah seseorang menurun dalam semalam.

"Saat kita tidur, kita melihat sekitar 10 persen penurunan tekanan darah. Para peneliti berpikir itu berkaitan dengan ritme sirkadian internal kita," sebutnya.

Jika tidak tidur nyenyak atau berdurasi lama, proses nocturnal dipping tidak akan terjadi.

"Itu masalah, karena nocturnal non-dipping dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi dan kardiovaskular," tambah Sarraju.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com