Pada dasarnya, para peneliti menyimpulkan, saat kita makan sehat maka berdampak pada aroma tubuh, yang berpengaruh pada ketertarikan.
Menjadi subur tidak hanya membuat kita wangi, tetapi juga dapat memengaruhi penampilan.
Satu studi dari beberapa tahun yang lalu menemukan bahwa pria merasa wajah dan suara wanita lebih menarik ketika Kaum Hawa berada di fase paling subur dalam siklusnya.
Namun studi tahun 2021 mendapati jika wanita yang mendekati masa ovulasi tidak lebih menarik namun cenderung berani mengajak pria berkencan.
Baca juga: Untuk Wanita, Ini 5 Strategi Chatting yang Bikin Pria Idaman Tertarik
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan hormon kita memengaruhi siapa yang kita inginkan.
Misalnya, pria dengan kadar testosteron tinggi mungkin lebih tertarik pada wanita dengan wajah yang lebih feminin, yang berarti mata besar, alis tinggi, dan rahang kecil.
Baca juga: 7 Cara Meningkatkan Hormon Testosteron Secara Alami
Meski demikian, kadar testosteron yang lebih tinggi tidak membuat pria tampak lebih tampan.
Hanya saja, testosteron sama-sama meningkatkan libido seseorang.
Ketertarikan juga dikaitkan dengan tingkat serotonin yang lebih tinggi, hormon bahagia yang didapatkan dari kontak fisik dengan orang lain.
Ketika kita menghabiskan banyak waktu dengan seseorang, menjadi hal yang normal jika merasa tertarik denganya.
Selain itu ada juga dopamin yang adalah hormon penghargaan yang dilepaskan saat melakukan sesuatu yang membuat kita merasa baik, seperti menghabiskan waktu bersama orang tersayang dan berhubungan seks.
Seseorang yang baik akan terlihat lebih menarik dan cenderung lebih disukai.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa menempatkan ciri-ciri karakter positif pada foto seseorang berarti orang menilai mereka lebih tampan.
Perilaku altruistik juga menarik, mungkin karena itu adalah salah satu sifat yang disukai nenek moyang kita pada pasangan.
Baca juga: 5 Bagian Tubuh Pria yang Paling Seksi dan Menarik Wanita
"Penting bagi nenek moyang kita untuk memilih pasangan yang mau dan mampu menjadi orangtua jangka panjang yang baik," Tim Phillips, seorang psikiater di University of Nottingham, Inggris.