Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/02/2023, 12:00 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Sebagai seorang psikolog dari Harvard yang banyak membantu konseling pasangan suami-istri, Dr. Cortney S. Warren, PhD memiliki temuan unik tentang pemicu keretakan rumah tangga.

Warren yang juga penulis buku “Letting Go of Your Ex” ini mengaku melihat sebuah hubungan akan dengan cepat merosot ketika salah satu atau kedua pasangan berbicara satu sama lain dengan bahasa penghinaan.

Penghinaan sangat berbahaya karena tidak hanya menyerang karakter seseorang, tetapi juga mengasumsikan posisi superioritas atas dia.

Ketika kita berkomunikasi dengan cara ini, kita mungkin memperlakukan orang lain dengan tidak hormat.

Baca juga: Lelah Mengurus Pekerjaan Rumah Tangga? Ibu Juga Bisa Terapkan Quiet Quitting

Kita bisa mengejek seseorang dengan sarkasme, menertawakan, atau menggunakan bahasa tubuh yang meremehkan, seperti mengedipkan mata atau mencemooh.

Dampak yang sama pun akan terjadi jika aksi-aksi semacam itu dilakukan dalam komunikasi rumah tangga.

Selanjutnya, Warren mengumpulkan delapan frasa beracun yang perlahan-lahan dapat menghancurkan hubungan suami-istri.

1. "Kamu tidak pantas mendapatkanku"

Bahasa yang mencerminkan penghinaan mengomunikasikan kepada pasangan bahwa kita percaya bahwa dia lebih rendah daripada kita, sehingga dapat merusak harga dirinya.

Sebagai contoh: "Kamu beruntung karena aku masih mau menerima kamu."

Apa yang harus dikatakan sebagai gantinya: "Aku sedang berjuang untuk melihat kita sebagai mitra saat ini."

Atau, "Aku memandangmu kurang berharga dariku, dan aku harus memperbaikinya."

Jadi, cobalah nyatakan perasaan kita dengan cara yang lebih tenang dan jujur.

2. "Berhentilah bertanya apakah aku baik-baik saja. Semuanya baik-baik saja." (Padahal tidak)

Bahasa yang pasif-agresif membuat pasangan tidak membicarakan masalah secara langsung dan terbuka.

Hal ini menyulitkan penyelesaian konflik, dan dapat membuat kedua belah pihak merasa tidak aman.

Apa yang harus dikatakan: "Aku benar-benar kesal, tapi aku belum siap untuk membicarakannya."

Halaman:
Sumber CNBC


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com