KOMPAS.com - Mati patah hati adalah kondisi yang nyata dan bukan hanya sekedar kata-kata kosong belaka.
Dampak emosional yang dirasakan saat patah hati bisa memicu konsekuensi medis yang nyata dan serius.
Kaitannya karena stres yang dirasakan saat kita bersedih sampai akhirnya kehilangan nyawa.
Baca juga: Pria Lebih Patah Hati Saat Putus Cinta daripada Wanita, Benarkah?
"Stres dapat memicu serangan jantung yang khas dan orang meninggal karenanya," kata Dr. Harmony Reynolds, direktur Pusat Penelitian Kardiovaskular Wanita Sarah Ross Soter di NYU Langone.
Contoh umum dari mati patah hati adalah orang yang meninggal tak lama setelah kehilangan pasangan.
"Beberapa di antaranya adalah penyakit jantung, saya rasa kita tidak sepenuhnya mengerti mengapa itu terjadi," kata Reynolds.
"Itu hanya salah satu dari banyak bukti bahwa stres adalah pemicu penyakit kardiovaskular."
Baca juga: 5 Perbedaan Sindrom Patah Hati dan Serangan Jantung
Mati patah hati bisa tergolong dalam sindrom Takotsubo yakni kondisi jantung sementara yang sering disebabkan oleh peristiwa stres mental atau fisik seperti kematian orang yang dicintai.
Sering disebut juga sebagai sindrom patah hati, kondisi ini merupakan sekitar satu persen dari semua sindrom koroner akut dan sering kali tidak dapat dibedakan dari serangan jantung biasa.
Hal ini membuat orang yang menderita ini sebenarnya harus mendapatkan intervensi medis yang cepat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.