Oleh: Rangga Septio Wardana dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Peristiwa traumatis dapat memicu timbulnya berbagai gangguan mental. Paparan peristiwa traumatis umumnya dihubungkan dengan post-traumatic stress disorder (PTSD).
Dikutip dari Psychiatry, PTSD merupakan gangguan kejiwaan yang dapat terjadi pada orang yang pernah mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatik seperti bencana alam, kecelakaan, terorisme, pelecehan seksual, kekerasan, bullying, dan sebagainya.
Namun, tidak semua trauma dapat dikatakan PTSD. Dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Kenali Penyebab PTSD” dengan tautan dik.si/AnyJiwPTSD, dijelaskan indikator gangguan PTSD oleh Prita Yulia Maharani M.Psi, Psikolog Klinis Riliv.
PTSD merupakan gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang bersifat traumatis atau tidak menyenangkan.
Dikutip dari Medical News Today, PTSD diperkirakan memengaruhi tujuh hingga delapan persen populasi dunia. Namun, perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Hal ini disebabkan karena banyaknya perempuan yang jadi korban pelecehan seksual hingga menyebabkan trauma.
Baca juga: Kenali Gangguan Sensorik pada Anak
Ada pun gejala penderita PTSD diikuti rasa cemas yang berlebihan dan ingatan berulang mengenai trauma yang dirasakan. Dikutip dari PsychCentral, PTSD juga dapat menyebabkan berbagai efek fisiologis, seperti penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh hingga memicu penyakit kronis, seperti jantung atau diabetes.
Itu sebabnya, penderita PTSD cenderung memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi. Bahkan, PTSD kronis dapat menyebabkan penuaan dini seperti gangguan neurokognitif dan stroke.
Dikutip dari Psychiatry, gejala PTSD terbagi dalam empat kategori, yaitu
Penderita PTSD sering teringat pada peristiwa yang membuatnya trauma. Bahkan, penderita merasa seakan mengulang kembali kejadian tersebut. Ingatan terhadap peristiwa traumatis juga sering hadir dalam mimpi buruk sehingga penderita cenderung merasa tertekan secara emosional.
Gangguan PTSD membuat penderita menyalahkan orang lain atau dirinya sendiri. Selain itu, penderita juga akan merasa putus asa dan kehilangan minat pada aktivitas yang disukainya. Bahkan, PTSD juga dapat membuat penderita lebih menyendiri dan sulit menjalin hubungan dengan lingkungannya.
Penderita PTSD enggan membicarakan atau memikirkan peristiwa yang membuatnya trauma. Oleh karena itu, penderita akan menghindari aktivitas, tempat, dan hal yang terkait dengan kejadian traumatis tersebut.
Orang dengan gangguan PTSD kerap mudah marah atau takut meski tidak dipicu oleh ingatan traumatis. Perubahan perilaku ini sering membahayakan dirinya atau orang lain.
Baca juga: 4 Pemicu Feeling Worthless
Umumnya, perubahan emosi yang terjadi pada penderita PTSD adalah mudah takut, selalu waspada terhadap bahaya, perilaku mencelakai diri, kesulitan tidur, sulit konsentrasi, dan memiliki rasa bersalah yang berlebihan.
Penderita PTSD seringkali bergelut dengan gejala kecemasan yang intens. Bahkan, gejala PTSD dapat memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Untuk mengatasi hal tersebut, kebanyakan penderita PTSD tergoda untuk menggunakan jalan pintas, seperti konsumsi alkohol atau bahkan narkoba.